tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG naik 0,50%, ditopang oleh saham perbankan.
- Rupiah melemah ke Rp16.295 karena US Dollar Index menguat akibat klaim pengangguran AS yang lebih rendah dari ekspektasi.
- Ramalan Goldman Sachs: emas bisa tembus USD3.000 di 2025.
- Kebijakan tarif Trump membuat imbal hasil obligasi AS melonjak.
- Pasar saham AS anjlok setelah konfirmasi kebijakan tarif Trump.
- SBN ORI027 sudah bisa dibeli di tanamduit. Imbal hasil 6,65%/tahun (ORI027-T3) untuk tenor 3 tahun dan 6,75%/tahun (ORI027-T6) untuk tenor 6 tahun.
- Kupon ORI027 dibayar setiap bulan di tanggal 15, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ORI027: 27 Januari 2025–20 Februari 2025.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 31 Januari 2025.
IHSG Naik 0,50%, Ditopang Oleh Saham Perbankan
Jumat (31/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,50% ke level 7.109,19, didorong oleh penguatan saham BBCA, BBRI, dan BBNI. Masing-masing saham naik 3,28%, 2,43%, 2,80%.
Sepanjang hari, IHSG bergerak di kisaran 7.095 hingga 7.174 dengan nilai transaksi sebesar Rp10,49 triliun. Kali ini, investor asing melakukan net buy sebesar Rp297,4 miliar.
Mayoritas saham sektor konsumen primer, keuangan, dan energi mengalami kenaikan. Namun, saham BREN dan AMMN serta beberapa lainnya menahan penguatan IHSG dari rebound yang lebih tinggi.
Meskipun IHSG menguat, rupiah justru melemah tajam terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah turun 0,25% ke level Rp16.295 per USD. Kenaikan imbal hasil US Treasury selama sesi perdagangan di Asia membuat USD menguat terhadap mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah.
Kenaikan investasi asing langsung di Indonesia sebesar 33,3% selama kuartal IV-2024 adalah satu-satunya kabar positif bagi pasar keuangan hari Jumat lalu, sementara sentimen suku bunga AS dan tekanan inflasi terus melemahkan rupiah.
Kekhawatiran terhadap inflasi AS dan kebijakan moneter ketat dari The Fed tetap menjadi pemicu tekanan pada pasar keuangan Indonesia.
Investor khawatir inflasi AS dapat mengubah ekspektasi kebijakan moneter longgar dari The Fed, mempengaruhi sentimen pasar dan nilai tukar rupiah.
Meski demikian, kenaikan saham-saham big caps seperti BBCA dan BBRI berhasil menjaga IHSG tetap positif hingga penutupan perdagangan. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, IDX Channel)
Rupiah Melemah ke Rp16.295 Karena US Dollar Index Menguat Akibat Klaim Pengangguran AS Lebih Rendah dari Ekspektasi
Rupiah melemah terhadap dolar AS setelah data klaim pengangguran AS menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi. Hal ini memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk tidak menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Pada Jumat (31/1/2025), rupiah ditutup melemah 0,25% di angka Rp16.295/US$, melanjutkan tren penurunan dari hari sebelumnya yang anjlok 0,53%.
Secara mingguan, rupiah terdepresiasi 0,77%. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) naik 0,27% ke angka 108,08, lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin di angka 107,79.
Ketidakpastian juga datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mempertimbangkan untuk menerapkan tarif 25% pada impor minyak dari Meksiko dan Kanada. Tarif ini dapat memicu kekhawatiran inflasi yang tinggi di AS, yang akan mempengaruhi keputusan The Fed terkait suku bunga.
Di sisi lain, klaim pengangguran awal di AS turun sebesar 16.000 menjadi 207.000, jauh di bawah perkiraan pasar sebesar 220.000. Sementara itu, klaim pengangguran lanjutan turun sebesar 42.000 menjadi 1.858.000.
Data ini menunjukkan stabilitas pasar tenaga kerja AS, yang mendukung pernyataan Federal Reserve bahwa suku bunga dapat tetap ketat untuk periode yang lebih lama. (CNBC Indonesia)
Ramalan Goldman Sachs: Emas Bisa Tembus USD3.000 di 2025
Goldman Sachs memprediksi harga emas dapat mencapai USD3.000 per troy ounce pada akhir tahun 2025.
Ahli Strategi Komoditas Goldman Sachs, Lina Thomas, menyebut harga emas telah naik sekitar 40% dalam dua belas bulan terakhir, menjadi lebih dari USD2.700 per ons.
Peningkatan ini didorong oleh pembelian emas besar-besaran oleh bank sentral di pasar negara berkembang, serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS.
Lebih lanjut, Thomas menjelaskan bahwa emas menjadi lebih menarik bagi investor ketika suku bunga turun, karena emas tidak memberikan hasil apa pun seperti aset lainnya.
Selain itu, Thomas menyoroti bahwa pembelian emas oleh berbagai bank sentral sejak 2022 telah mengubah hubungan antara tingkat suku bunga dan harga emas. Bank sentral di negara-negara maju memiliki cadangan emas yang besar, sementara bank sentral di pasar berkembang berusaha mengejar ketertinggalan.
Investor juga khawatir tentang keberlanjutan utang AS yang mencapai USD35 triliun, yang dapat memicu risiko fiskal.
Goldman Sachs menambahkan bahwa emas bisa menjadi lindung nilai terhadap guncangan geopolitik potensial, ketegangan perdagangan, dan ketakutan utang, menarik minat investor jangka panjang menjelang pemilihan presiden AS. (CNBC Indonesia)
Kebijakan Tarif Trump Membuat Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak
Jumat (31/1/2025), imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) mencapai level tertinggi dalam seminggu. Hal ini terjadi setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif baru akan diterapkan pada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok mulai Sabtu, 1 Februari 2025.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa Presiden Donald Trump siap memberlakukan tarif 25% untuk Meksiko dan Kanada, serta 10% untuk Tiongkok.
Pernyataan ini menyebabkan investor menjual atau melepas obligasi pemerintah AS dengan jangka waktu satu hingga 30 tahun, karena pasar obligasi khawatir akan dampak inflasi dari tarif tersebut. Selain itu, data inflasi terbaru menunjukkan bahwa inflasi inti berdasarkan indeks harga PCE naik 0,2% pada bulan Desember, sesuai dengan ekspektasi ekonom.
Presiden Chicago Fed, Austan Goolsbee, menyatakan kepada CNBC bahwa ia puas dengan laporan inflasi terbaru. Ia memperkirakan bahwa suku bunga acuan bank sentral mungkin akan sedikit lebih rendah dalam 12–18 bulan ke depan.
Hal ini memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga pada level yang ketat untuk periode yang lebih lama, meskipun ada potensi dampak inflasi dari tarif yang akan diterapkan. (Market Watch)
Pasar Saham AS Anjlok Setelah Konfirmasi Kebijakan Tarif Trump
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam setelah Gedung Putih membantah laporan bahwa Presiden Trump menunda tarif selama sebulan dan mengonfirmasi rencananya untuk memberlakukan tarif pada Meksiko, Kanada, dan China akhir pekan ini.
Indeks S&P 500 turun 0,5%, Dow Jones turun 310 poin, dan Nasdaq 100 juga melemah.
Selain itu, saham Nvidia turun 3,7% karena kekhawatiran bahwa startup AI China dapat mempengaruhi valuasi teknologi. Apple juga turun 0,7% meskipun melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 4%.
Tak hanya itu, Exxon Mobil dan Chevron juga masing-masing turun 2,5% dan 4,6% setelah melaporkan hasil mereka. (Trading Economics)
Ulasan
- Kebijakan Trump yang menerapkan kenaikan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok sejak 1 Februari 2025 mendorong kenaikan yield obligasi US dan penguatan US Dollar. Hal ini menimbulkan ketidakpastian pasar global.
- Investor global cenderung akan tetap berinvestasi di pasar yang mata uangnya kuat dan memberikan return yang menarik, dalam hal ini adalah pasar saham dan obligasi di AS.
- Mata uang Rupiah terancam sulit untuk menguat. Akibatnya, pasar obligasi dan pasar saham diperkirakan masih akan tertekan untuk sementara waktu.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin karena harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibanding bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.