Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 3 Januari 2025

tanamduit Breakfast News: 3 Januari 2025

oleh | Jan 3, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG menjadi kenaikan tertinggi di hari pertama 2025.
  • Inflasi tahunan 2024 menjadi yang terendah sepanjang sejarah Indonesia.
  • Rupiah melemah tajam di hari pertama 2025.
  • Harga SUN naik moderat di hari pertama 2025.
  • Harga emas berlanjut naik di hari pertama 2025.
  • US Dollar Index naik ke level tertinggi.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 2 Januari 2025.

Data market update 3 Januari 2025

 

IHSG Menjadi Kenaikan Tertinggi di Asia pada Awal 2025

Di hari pertama perdagangan 2025, hari Kamis 2 Januari 2025 kemarin, IHSG mencatatkan penguatan signifikan dan menjadi yang tertinggi di Asia dengan kenaikan sebesar 1,18% atau 83,3 poin, ditutup pada level 7.163,2.

Nilai transaksi IHSG tercatat sekitar Rp9,02 triliun dan investor asing melakukan net sell sebesar Rp245,7 miliar.

Saham-saham barang baku, keuangan, dan energi mencatat kenaikan tertinggi, masing-masing sebesar 1,78%, 1,50%, dan 1,50%.

Sementara itu, saham big caps yang mendorong naik IHSG antara lain BBRI +3,19%, BBCA +2,33%, BMRI +2,63%, BBNI +5,52%, BREN +2,16%, ADRO +4,12%, CUAN +6,07%.

Penguatan IHSG didorong oleh sentimen positif dari dalam negeri, terutama dari sektor manufaktur yang kembali ke zona ekspansi pada Desember 2024 dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) naik menjadi 51,2 dari 49,6 pada bulan sebelumnya.

Selain itu, keputusan pemerintah untuk membatalkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% untuk barang dan jasa umum memberikan dorongan positif bagi pasar, diharapkan dapat menjaga optimisme sektor ritel dan daya beli rumah tangga.

Sementara IHSG mencatatkan performa terbaik di Asia, pasar saham lainnya seperti CSI 300, Shanghai Composite, dan Hang Seng mengalami penurunan signifikan yang  disebabkan oleh kekhawatiran terhadap kebijakan baru pemerintahan Amerika Serikat yang akan diambil oleh Presiden Terpilih AS Donald Trump.

Kebijakan baru ini dinilai akan memperkuat mata uang US Dollar dan membatasi ruang gerak bank sentral lainnya di berbagai negara untuk menurunkan suku bunga, sehingga menimbulkan ketidakpastian di pasar saham Asia.

Selain itu, optimisme terhadap stimulus ekonomi di Tiongkok yang mulai menurun juga berkontribusi pada penurunan indeks.   (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, IDX Channel)

Inflasi Tahunan Desember 2024 1,57%, Terendah Sepanjang Sejarah Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi tahunan Desember 2024 atau sepanjang tahun 2024 adalah sebesar 1,57%. Angka ini menjadi angka inflasi terendah sejak tahun 1958.

Angka inflasi ini juga lebih rendah dibandingkan November 2024 yang tercatat sebesar 1,78% (yoy) dan jauh di bawah ekspektasi pasar.

Penurunan inflasi didorong oleh turunnya harga pangan pokok seperti cabai merah dan cabai rawit, serta penurunan harga bensin dan tarif angkutan udara.

Meskipun rendah, inflasi ini masih berada dalam rentang target pemerintah sebesar 2,5% ± 1%. Sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui berbagai program pengendalian inflasi, seperti Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), berhasil menjaga kestabilan inflasi sepanjang tahun 2024. (Bloomberg Technoz)

Rupiah Melemah di Hari Pertama Perdagangan 2025 Karena Minimnya Sentimen Positif Domestik

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS merosot tajam pada 2 Januari 2025 kemarin, ditutup pada level Rp16.190/USD, turun 0,62% dari penutupan sebelumnya.

Pelemahan Rupiah terjadi karena sentimen domestik yang masih lemah dan inflasi tahunan yang menurun.

Data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menunjukkan inflasi sebesar 1,57% mengisyaratkan permintaan yang masih rendah. Selain itu, kebijakan moneter The Fed yang diproyeksikan akan memangkas suku bunga acuan hanya dua kali dalam tahun 2025 akan membuat mata uang US Dollar tetap kuat sehingga menekan nilai Rupiah. (Kompas)

Harga Surat Utang Negara Naik Moderat di Hari Perdagangan Pertama 2025

Harga SUN mengalami penguatan moderat pada perdagangan hari pertama di tahun ini.

Harga SUN seri acuan naik hingga 45 basis poin dari level penutupan hari Senin, sementara yield SUN bertenor 10 tahun (FR0103) turun sebesar 6 basis poin ke level 6,99%.

Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp11,75 triliun hari ini, tidak banyak berubah dibandingkan dengan volume transaksi di hari Senin yang tercatat sebesar Rp11,23 triliun. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Berlanjut Naik di Awal 2025

Harga emas naik tipis di perdagangan Asia pada Kamis 2 Januari 2025 kemarin, ke USD2.632 per ons.

Kenaikan ini melanjutkan performa kuat emas dari tahun 2024, didukung oleh melemahnya mata uang US Dollar.

Sepanjang tahun 2024 lalu, emas mengalami lonjakan sekitar 27%, tahun terbaik sejak 2010, berkat 3 kali pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan ketegangan geopolitik.

Meski demikian, emas akan menghadapi tantangan di tahun 2025 karena The Fed diproyeksi hanya akan melakukan dua pemotongan suku bunga. Hal ini membuat potensi imbal hasil obligasi menjadi lebih menarik dibanding emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Namun, walaupun sinyal hawkish (suku bunga tinggi) dari The Fed meredam daya tarik emas, survei World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral utama (negara-negara besar) kemungkinan akan terus membeli emas dalam 12 bulan ke depan.

Hal ini  dapat mendukung permintaan emas lebih lanjut dan membuat harga emas berpotensi untuk tetap naik. (Trading Economics)

Indeks Dolar AS Naik ke Level Tertinggi

Indeks dolar AS mencapai 109,4, level tertinggi sejak Oktober 2022.

Naiknya angka indeks dolar didorong oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dibandingkan dengan ekonomi lainnya, yang menyebabkan suku bunga tetap tinggi.

Federal Reserve berhati-hati dalam menurunkan suku bunga karena inflasi yang masih tinggi, didukung oleh kinerja ekonomi AS yang kuat, serta kebijakan Presiden terpilih Donald Trump yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan dan inflasi.

Selain itu, arus modal yang kuat masuk ke AS karena pasar sahamnya mengungguli pasar global.

Data terbaru menunjukkan penurunan klaim pengangguran, memperkuat pandangan bahwa pasar kerja AS tetap tangguh dan mendukung momentum dolar.

Pada 2 Januari, indeks dolar (DXY) naik 0,77% menjadi 109,2893 dari 108,4519 pada sesi perdagangan sebelumnya.

Diperkirakan, dolar AS akan diperdagangkan pada 109,45 pada akhir kuartal ini dan mencapai 112,50 dalam 12 bulan ke depan, menurut model makro global Trading Economics dan analisis para ahli. (Trading Economics)

Ulasan

  • Harga-harga saham Indonesia masih tertekan. Penyebabnya adalah kuatnya ekonomi AS  yang membuat USD tetap kuat, serta tingginya yield US Treasury yang membuat harga-harga saham di AS tumbuh lebih tinggi dari bursa lainnya, sehingga membuat investor global mengalihkan investasinya dari emerging markets ke AS.
  • Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, total 50 bps.
  • Terbatasnya penurunan suku bunga akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk Rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai Rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
  • Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.

Rekomendasi

  • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibanding bunga deposito.
  • Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
  • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile