tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Masa penawaran SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR021 dibuka tanggal 23 Agustus – 18 September 2024 dengan kupon 6,35% (SR021-T3) dan 6,45% (SR021-T5) per tahun.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 2 September 2024:
Laju Inflasi Indonesia Terendah dalam 2,5 Tahun
Laju inflasi tahunan Indonesia berada di angka 2,12% pada bulan Agustus 2024, sesuai dengan ekspektasi pasar dan tetap berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5%.
Hasil terbaru dari Biro Pusat Statistik yang dirilis Senin 2 September 2024 menunjukkan sedikit perubahan dari 2,13% pada bulan Juli tetapi menunjukkan inflasi terendah sejak Februari 2022.
Perubahan ini karena harga pangan naik paling rendah dalam 13 bulan (3,39% vs 3,66% pada bulan Juli), di tengah melimpahnya pasokan beras karena musim panen baru dimulai pada bulan Mei, bukan Maret.
Secara bulanan, CPI turun tipis 0,03%, mempertahankan tren penurunannya untuk bulan keempat. (Trading Economics)
PMI Manufaktur Indonesia Turun ke Level Terendah Dalam 3 Tahun
PMI (Purchasing Managers’ Index) Manufaktur Indonesia S&P Global turun ke 48,9 pada Agustus 2024 dari 49,3 pada Juli, menunjukkan kontraksi aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut.
Hasil terbaru ini merupakan penurunan paling tajam sejak Agustus 2021, dengan output dan pesanan baru menyusut paling tajam dalam 3 tahun.
Selain itu, pesanan asing turun paling cepat sejak Januari 2023, karena beberapa panelis mengalami masalah pengiriman. Ketenagakerjaan turun untuk bulan kedua, meskipun hanya sedikit; sementara tumpukan pekerjaan lebih rendah untuk bulan ketiga.
Terkait harga, inflasi biaya input tetap tinggi meskipun mereda ke level terendah sejak Oktober 2023 sementara harga jual naik untuk bulan ke-14. Terakhir, sentimen pasar keuangan tetap positif tetapi tingkat optimismenya melemah. (Trading Economics)
IHSG Naik Meski Data PMI Memburuk dan Inflasi Terus Melemah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik atau menguat 23,80 atau +0,31% ke posisi 7.694,53 pada hari Senin (2/9). Di tengah kurang menggembirakannya data ekonomi terbaru di Indonesia, IHSG kembali mencatat rekor tertinggi baru sepanjang sejarah.
Nilai transaksi tercatat sekitar Rp12 triliun dan investor asing masih tetap melakukan net buy atau lebih banyak beli dari jual senilai Rp1,19 trilyun dan menjadikan net buy sejak awal tahun total Rp28,9 triliun.
Secara historis IHSG cenderung lesu sepanjang September, karena adanya fenomena September Effect. Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk.
Namun, derasnya investasi asing yang masuk sejak awal minggu kedua Agustus karena tingginya ekspektasi turunnya suku bunga USD di bulan September serta adanya daftar saham yang baru dalam indeks MSCI yang menjadi acuan bagi investor asing dalam memilih saham. IHSG pun diperkirakan akan meneruskan kinerja positif di bulan September 2024 ini.
Kenaikan IHSG diikuti oleh kenaikan indeks lainnya, LQ45 +0,62%, SRI Kehati +0,78%, IDX30 0,77%, Bisnis27 +0,69% dan ISSI +0,42%. (CNBC Indonesia)
Harga Surat Utang Negara Kembali Melemah Hari Senin Kemarin
Harga SUN mengalami pelemahan pada sesi perdagangan Senin kemarin. Harga SUN seri acuan turun pada rentang 5-25 basis poin dari level penutupan hari Jumat, sementara yield SUN bertenor 10 tahun (FR0100) naik sebesar 2 basis poin ke level 6,64%.
Nilai transaksi SUN secara outright tercatat sebesar Rp15,91 triliun, lebih rendah dari hari sebelumnya Rp18,68 triliun. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Turun ke Bawah USD2.500
Emas jatuh di bawah angka USD2.500 per ons pada hari Senin, memperpanjang penurunannya dari rekor tertinggi minggu lalu karena tekanan dari US Dollar yang lebih kuat dan karena kenaikan yield obligasi US Treasury.
Data ekonomi minggu lalu menunjukkan bahwa inflasi utama dan inti Personal Consumption Expenditure (PCE) AS meningkat sebesar 0,2% pada bulan Juli, sesuai dengan ekspektasi, sementara tingkat tahunan tetap tidak berubah, bertentangan dengan perkiraan kenaikan.
Hal ini menandakan ketahanan ekonomi AS dengan bunga yang tinggi sehingga meredam ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga USD secara substansial sebesar 50 bps oleh Federal Reserve pada bulan September yang akan datang.
Meskipun demikian, pasar masih mengantisipasi penurunan suku bunga 100 bps selama tiga pertemuan Fed yang tersisa tahun ini. (Trading Economics)
Rupiah Melemah Senin Kemarin Bersama Mata Uang Regional Lainnya
Mata uang rupiah ditutup melemah ke posisi Rp15.525 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Senin (2/9). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan melemah 0,45% atau 70 poin ke posisi Rp15.525 per dolar AS.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau turun tipis 0,04% ke posisi 101,66. Sama seperti rupiah, mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan. Yen Jepang turun 0,38%, Won Korea melemah 0,04%, Dolar Taiwan melemah 0,25%, dan Rupee India menguat 0,07%.
Pelemahan Rupiah karena pedagang mengurangi spekulasi akan turunnya suku bunga USD secara agresif pada bulan September sehingga mengurangi pelemahan US Dollar Index lebih lanjut. (Bisnis)
US Dollar Index Stabil di 101,7
Indeks dolar atau US Dollar Index bertahan di sekitar 101,7 pada hari Senin (2/9) setelah naik selama tiga hari berturut-turut. Hal ini karena investor mengurangi spekulasi atas pemotongan suku bunga Federal Reserve yang agresif mengingat pembacaan inflasi dari Personal Consumption Expenditure (PCE) terbaru yang tidak sesuai dengan harapan.
Situasi ini mengurangi harapan bahwa bank sentral dapat memberikan pemotongan suku bunga jumbo 50 basis poin pada bulan September. (Trading Economics)
Ulasan
- Data PCE AS di bulan Juli lebih tinggi dari bulan sebelumnya tetapi pelaku pasar tetap yakin bahwa US Fed akan menurunkan suku bunga USD di bulan September mendatang, bahkan sebagian pelaku pasar yakin bahwa suku bunga akan turun 50 bps. Keyakinan ini didukung oleh pernyataan pejabat US Fed bahwa menahan suku bunga yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
- Derasnya dana investasi asing ke SUN, saham dan SRBI adalah gambaran tingkat kepercayaan yang tinggi investor asing akan potensi return yang akan mereka peroleh.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain bunga USD yang akan turun juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang meningkat.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.