fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 4 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 4 Juli 2025

oleh | Jul 4, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Melemah Tipis di Tengah Sentimen Global dan Domestik
  • Harga SUN Menguat karena Rupiah Kokoh dan Kepercayaan Investor Tinggi
  • Harga Emas Turun karena Aksi Ambil Untung dan Ekonomi AS yang Kuat
  • Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia Memiliki Pandangan yang Berbeda Mengenai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 3 Juli 2025.

data-market-update-4-juli-2025

IHSG Melemah Tipis di Tengah Sentimen Global dan Domestik

IHSG ditutup melemah tipis 0,05% ke level 6.878,05 pada Kamis (3/7/2025), setelah sepanjang hari bergerak di zona hijau.

Koreksi terjadi menjelang penutupan, dipicu oleh penurunan saham-saham bluechip seperti Telkom Indonesia (TLKM), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri (BMRI).

Sektor teknologi dan utilitas menjadi pemberat utama, meskipun sektor kesehatan, properti, dan konsumer primer menguat. Nilai transaksi pasar terbilang sepi, hanya Rp8 triliun dengan 324 saham naik, 239 turun, dan 230 stagnan.

Pergerakan IHSG dipengaruhi oleh kombinasi sentimen global dan domestik. Di pasar global, indeks Asia-Pasifik bervariasi, dengan Nikkei Jepang melemah dan Kospi Korea Selatan menguat.

Pasar AS juga menunjukkan pergerakan datar menjelang laporan ketenagakerjaan, sementara kesepakatan dagang AS-Vietnam memberi harapan positif bagi Indonesia.

Di dalam negeri, penguatan rupiah ke Rp16.204 per dolar AS dan persetujuan penggunaan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) untuk APBN menjadi katalis positif, namun tekanan fiskal dan ketidakpastian global membayangi pasar.

Meski sempat menguat 0,24% ke 6.897 di sesi pertama, didorong oleh saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Aneka Tambang (ANTM), IHSG akhirnya terkoreksi. Penguatan saham barang baku dan konsumen primer tidak cukup menahan tekanan dari saham perbankan dan tambang.

Tak hanya itu, sentimen seperti rencana RAPBN 2026 dan potensi IPO jumbo diharapkan dapat meningkatkan likuiditas ke depan. Namun, pelaku pasar tetap waspada terhadap dinamika global.

Harga SUN Menguat karena Rupiah Kokoh dan Kepercayaan Investor Tinggi

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada perdagangan Kamis (3/7/2025), ditunjukkan oleh pergerakan yield SUN 10-tahun yang turun tipis ke 6,60%.

Penguatan ini didukung oleh nilai tukar rupiah yang menguat 0,32% ke Rp16.195 per dolar AS, membuat SUN lebih menarik bagi investor.

Meski volume transaksi SUN sedikit menurun menjadi Rp26,5 triliun, seri FR0103 dan PBS003 tetap menjadi favorit di pasar sekunder dengan transaksi masing-masing Rp 3,4 triliun dan Rp 3,3 triliun.

Sentimen global juga mendukung penguatan SUN. Data ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil lebih baik dari perkiraan, namun Credit Default Swap (CDS) Indonesia turun ke 76 basis poin, menandakan kepercayaan investor terhadap kemampuan Indonesia membayar utang tetap tinggi.

Dengan yield US Treasury yang naik dan kondisi pasar yang stabil, permintaan terhadap SUN diperkirakan akan terus kuat, terutama karena investor yakin dengan kondisi ekonomi Indonesia. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Turun karena Aksi Ambil Untung dan Ekonomi AS yang Kuat

Harga emas dunia melemah 0,78% ke level US$3.331,3 per troy ons pada Kamis (4/7/2025), setelah naik selama tiga hari berturut-turut dengan kenaikan hampir 3%.

Penurunan ini diduga akibat aksi ambil untung oleh investor yang ingin mencairkan keuntungan setelah harga emas melonjak 3 hari terakhir.

Tekanan jual ini membuat harga emas terkoreksi, meskipun secara keseluruhan masih mencatat kenaikan tipis 0,08% dari posisi sebelumnya.

Selain aksi ambil untung, data ekonomi AS yang kuat juga memengaruhi penurunan harga emas.

Dalam hal ini, laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan penambahan 147.000 lapangan kerja pada Juni, melebihi ekspektasi pasar. Ini menandakan ekonomi AS masih solid, sehingga peluang penurunan suku bunga oleh The Fed semakin kecil.

Karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti bunga, investor cenderung beralih ke aset lain ketika suku bunga tetap tinggi, menyebabkan harga emas tertekan. (Bloomberg Technoz)

Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia Memiliki Pandangan yang Berbeda Mengenai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026 bervariasi menurut tiga lembaga.

Kementerian PPN/Bappenas paling optimistis dengan perkiraan 5,8%-6,3%, diikuti Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di 5,2%-5,8%, dan Bank Indonesia (BI) yang paling konservatif di 4,7%-5,5%.

Perbedaan ini mencerminkan pandangan terhadap ketidakpastian global dan faktor domestik seperti konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor.

Bagi investor reksa dana, pertumbuhan ini menjanjikan peluang di sektor konsumsi dan industri, tetapi membutuhkan strategi yang hati-hati.

Faktor pendorong pertumbuhan meliputi konsumsi rumah tangga, investasi swasta, dan ekspor, dengan sektor utama seperti industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan.

Bappenas memperkirakan kebutuhan investasi Rp8.297,8 triliun untuk mencapai 6,3%, dengan peran besar dari swasta dan BUMN. Kemenkeu menekankan perlunya investasi tumbuh mendekati 6% untuk mendukung target 5,8%.

Bagi investor SBN, stimulus fiskal dan belanja pemerintah dapat meningkatkan daya tarik obligasi, sementara investor emas perlu waspada terhadap perlambatan ekspor global yang bisa menekan harga emas.

BI menyoroti tantangan seperti perlambatan ekspor global, namun menawarkan solusi seperti perluasan pasar ekspor, digitalisasi, dan stimulus fiskal.

Investor reksa dana bisa memanfaatkan sektor yang diuntungkan dari digitalisasi, seperti teknologi dan perdagangan.

Sementara itu, investor SBN dapat melihat peluang dari kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, dan investor emas harus mempertimbangkan ketidakpastian global yang dapat memengaruhi harga logam mulia.

Dengan strategi yang tepat, investor dapat mengoptimalkan peluang di tengah proyeksi pertumbuhan ini. (Bloomberg Technoz)

Factors to Watch:

  • Kesepakatan Perdagangan AS-Indonesia: AS menurunkan tarif Vietnam ke 20%, dan Indonesia menegosiasikan pakta $34 miliar untuk hindari tarif 32%. Ini meningkatkan kepercayaan terhadap SBN, tetapi reksa dana ekspor berisiko volatilitas. Emas bisa tertekan jika dolar AS menguat.
  • Ekonomi AS Kuat: AS menambah 147.000 lapangan kerja (Juni 2025), pengangguran 4,1%, kurangi peluang penurunan suku bunga. Emas turun ke US$3.331,3 karena suku bunga tinggi. Reksa dana saham berpotensi volatil, SBN menarik dengan yield 6,60%.
  • Obligasi dan Surplus Perdagangan Indonesia: Perusahaan Indonesia tingkatkan emisi obligasi untuk utang Rp 89,5 triliun. Surplus perdagangan $4,9 miliar (Mei 2025) tunjukkan ketahanan. SBN dan reksa dana pendapatan tetap menarik, tetapi reksa dana komoditas berisiko.
  • Proyeksi Ekonomi Indonesia: IMF dan World Bank proyeksikan pertumbuhan 5,1% (2025). Pinjaman $2,1 miliar dari World Bank dukung reformasi. Reksa dana konsumsi dan infrastruktur menjanjikan, SBN stabil, emas relevan untuk lindung nilai meski berisiko jangka pendek.

Rekomendasi Investasi:

1. Untuk Investor Pemula (Konservatif) 

Investor konservatif, yang mengutamakan pelestarian modal:

  • Fokus pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (Alokasikan sekitar 80%) yang menawarkan stabilitas melalui obligasi pemerintah dan korporasi berkualitas tinggi dan memberikan return yang lebih tinggi dari Reksa Dana Pasar Uang.
  • Alokasikan ke Reksa Dana Pasar Uang 10-20%.
  • Pertimbangkan SBN seri SBR014 yang umumnya menawarkan tenor 2 dan 4 tahun yang akan ditawarkan secara publik pada 14 Juli – 7 Agustus 2025.
  • Emas (10–15% portofolio) memberikan lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global. Hindari reksa dana saham karena volatilitasnya tinggi di tengah kontraksi manufaktur dan risiko geopolitik. Pantau data inflasi dan kebijakan Bank Indonesia untuk memastikan stabilitas yield SBN.

2. Untuk Investor Menengah (Moderat):

Investor moderat, yang mencari keseimbangan antara risiko dan imbal hasil dapat mempertimbangkan:

  • Alokasikan 40-50% portofolio ke Reksa Dana Campuran, yang menggabungkan saham dan obligasi untuk stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan.
  • Sebanyak 20-30% dapat ditempatkan di SBN tenor menengah (10 tahun, yield 6,8–7,2%) dan/atau Reksa Dana Pendapatan Tetap untuk memperoleh pendapatan yang stabil dari kupon obligasi pemerintah dan korporasi, dengan risiko terkelola.
  • Alokasikan 20-30% di Reksa Dana Pasar Uang untuk keperluan dana darurat atau keperluan likuiditas.
  • Sisanya, 10-20% dialokasikan ke emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global.

3. Untuk Investor Agresif

Investor agresif, yang siap menghadapi risiko tinggi demi imbal hasil maksimal:

  • Dapat mengalokasikan 60–70% ke Reksa Dana Saham dan Indeks Saham, untuk menangkap momentum potensi rebound IHSG dengan pertimbangan akan turunnya suku bunga rupiah, nilai tukar rupiah yang stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang masih tergolong baik.
  • Sebanyak 10-20% dapat ditempatkan di Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berisi portfolio SUN dan obligasi korporasi tenor panjang 5-15 tahun untuk yield lebih tinggi, meski dengan risiko suku bunga yang lebih besar.
  • 10-20% di Reksa Dana Pasar Uang untuk keperluan Dana Darurat dan likuiditas.
  • Sisanya, 10–15% ke emas sebagai perlindungan dari volatilitas pasar dan geopolitik. Waspadai risiko koreksi IHSG jika negosiasi tarif gagal atau PMI manufaktur terus terkontraksi.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile