Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 4 September 2024

tanamduit Breakfast News: 4 September 2024

oleh | Sep 4, 2024

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Masa penawaran SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR021 dibuka tanggal 23 Agustus – 18 September 2024 dengan kupon 6,35% (SR021-T3) dan 6,45% (SR021-T5) per tahun.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 3 September 2024:

Market update 4 September 2024

IHSG Turun 1,01% Senin Kemarin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 1,01% ke level 7.616,52 pada penutupan perdagangan hari Selasa (3/9) dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,39 triliun.

Investor asing masih melakukan transaksi net buy Rp117 miliar sehingga transaksi net buy sejak awal tahun menjadi Rp29 triliun.

IHSG terkoreksi karena investor bereaksi terhadap data terbaru Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang menunjukkan penurunan di bulan Agustus dan data inflasi terbaru Indonesia pada periode Agustus 2024 menunjukkan penurunan.

PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan kontraksi untuk dua bulan beruntun yakni pada Juli (49,3) dan Agustus (48,9) dan menjadi  yang terendah sejak Agustus 2021.

Ambruknya PMI Manufaktur ini memicu kekhawatiran karena manufaktur banyak menyumbang ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Kondisi lemahnya industri manufaktur Indonesia ini diperkirakan terus akan terjadi hingga akhir kuartal III-2024.

Di lain pihak, Badan Pusat Statistik (BPS), hari Senin yang lalu merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024. Secara tahunan, IHK masih naik atau mengalami inflasi sebesar 2,12% pada Agustus 2024 atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,13%. Namun secara bulanan, IHK turun dan mengalami deflasi sebesar 0,03%. (CNBC Indonesia)

Harga Surat Utang Negara Masih Terus Melemah

Tren pelemahan harga Surat Utang Negara (SUN) masih berlanjut pada sesi perdagangan Selasa (3/9). Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) naik sebesar 3 basis poin ke level 6,54%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) naik sebesar 1 basis poin ke level 6,64%.

Nilai transaksi SBN secara outright tercatat Rp21,9 triliun, lebih tinggi dari hari sebelumnya Rp15,9 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,4 triliun. (BNI Sekuritas)

Rupiah Melemah Kembali Terhadap US Dollar Selasa Kemarin

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah dan mencapai level Rp15.526 pada perdagangan Selasa kemarin karena US Dollar Index yang menguat terhadap berbagai mata uang lainnya.

Adapun indeks dolar AS meningkat 0,03% ke posisi 101,68. Pelemahan Rupiah beriringan dengan pelemahan beberapa mata uang regional lainnya, Won Korea, Ringgit Malaysia dan Peso Filipina masing-masing melemah 0,11%, 0,17% serta 0,38%. (Bisnis)

Harga Emas Stabil di Bawah USD2.500 Selasa Kemarin

Harga emas bertahan di bawah USD2.500 per ons pada hari Selasa kemarin, melanjutkan penurunannya dari rekor tertinggi minggu lalu karena investor menunggu data AS untuk menyempurnakan ekspektasi mereka terhadap besarnya pemangkasan suku bunga Federal Reserve.

Poin-poin penting minggu ini meliputi survei ISM, lowongan pekerjaan JOLTS, laporan ketenagakerjaan ADP, dan data penggajian nonpertanian (Non Farm Payroll). (Trading Economics)

Harga yang terjadi saat ini sudah mencerminkan terjadinya penurunan suku bunga sebesar 25 bps dan harga emas akan naik jika penurunan suku bunga lebih besar dari 25 bps.

Saham Teknologi Pimpin Aksi Jual Pasar

Saham-saham di AS mengalami pukulan signifikan pada hari Selasa, dengan indeks-indeks utama jatuh karena kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi dan aksi jual saham-saham teknologi mendominasi pasar.

S&P 500 turun sebesar 1,9% dan Nasdaq yang sarat teknologi anjlok hampir 3% sementara Dow Jones turun lebih dari 550 poin. Data ekonomi menambah ketidakpastian pasar, dengan aktivitas pabrik yang lesu pada bulan Agustus meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi AS.

Investor semakin berhati-hati karena mereka mengantisipasi serangkaian laporan pasar tenaga kerja di akhir minggu, yang dapat memengaruhi pendekatan Federal Reserve terhadap kebijakan moneter.

Saham-saham teknologi, khususnya di sektor semikonduktor, paling tinggi kerugiannya. Nvidia, pemimpin dalam reli pasar yang didorong oleh AI, turun lebih dari 8%, menyeret turun pembuat chip lainnya seperti Broadcom -5,4%, Qualcomm -6,2%), dan Micron -7,2%. (Trading Economics)

Ulasan

  • Data PCE AS di bulan Juli lebih tinggi dari bulan sebelumnya tetapi pelaku pasar tetap yakin bahwa US Fed akan menurunkan suku bunga USD di bulan September mendatang, bahkan sebagian pelaku pasar yakin bahwa suku bunga akan turun 50 bps. Keyakinan ini didukung oleh pernyataan pejabat US Fed bahwa menahan suku bunga yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS.
  • Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
  • Derasnya dana investasi asing ke SUN, saham dan SRBI adalah gambaran tingkat kepercayaan yang tinggi investor asing akan potensi return yang akan mereka peroleh.
  • Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain bunga USD yang akan turun juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang meningkat.

Rekomendasi

  • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Untuk jangka menengah dan panjang,  pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
  • Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
  • Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
  • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
  • Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi penyedia beragam produk investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile