IHSG Naik 1,11%, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa (All Time High)
Pada penutupan perdagangan hari Kamis (4/12) kemarin, IHSG berhasil mencatat kenaikan sebesar 1,11% dan menguat ke level tertinggi di 7.359,76.
Secara keseluruhan, total nilai transaksi adalah Rp9,88 triliun. Saham-saham yang mengangkat naik IHSG antara lain BMRI +4,10%, BBNI +4,67%, BBRI +1,79%, BBCA +1,34%, ASII +1,79%. (Sumber: CNBC Indonesia)
Yield Surat Utang Negara 10 Y Menguat Setelah Pernyataan Federal Reserve
Dalam 2 hari terakhir, yield (imbal hasil) Surat Utang Negara bertenor 10 tahun (10 Y) mengalami kenaikan sekitar 0,6%, sebagai respons terhadap Minutes of Meeting dari US Federal Reserve. Bank sentral Amerika Serikat ini menyatakan tidak ingin terburu-buru menurunkan tingkat bunga.
Selain itu, Fed (Federal Reserve) memberikan sinyal bahwa tingkat bunga mungkin akan turun 3 kali di tahun 2024. Padahal, pasar mengharapkan bahwa tingkat bunga akan turun sebanyak 6 kali.
Lebih lanjut, obligasi US Treasury 10 Y juga mencatat kenaikan sebesar 1,19%, mencapai angka 4,003. (Sumber: Investing)
Valuasi IDX30 Masih Murah
Tren positif mulai tampak dalam pergerakan indeks IDX30, walaupun secara persentase kenaikannya belum bisa se-atraktif indeks harga saham gabungan (IHSG).
Sepanjang 2023, IDX30 hanya menguat 1,45%, masih lebih rendah dibandingkan IHSG yang berhasil menguat 6,16%.
Sebagai informasi, IDX30 merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar di bursa, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Kendati masih bergerak laggard (lebih lambat), beberapa saham di IDX30 menawarkan valuasi yang masih terjangkau.
Dalam menilai mahal dan murahnya harga saham, kami menggunakan indikator valuasi Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) yang dibandingkan dengan data historis selama rata-rata lima tahun terakhir.
Apabila nilai valuasi berada di bawah rata-rata, artinya harga saham masih murah atau undervalued. Sebaliknya, jika nilai PER atau PBV sudah berada di atas rata-rata, harga saham dinilai sudah mahal atau overvalued.
Dengan valuasi PER yang murah, memang jadi cukup menarik sebagai katalis positif pergerakan harga sahamnya. Namun, perlu diakui bahwa beberapa saham di sektor komoditas, terutama batubara, memerlukan penilaian lebih cermat karena bersifat siklikal. (Sumber: CNBC Indonesia)
Saham AS Berakhir Bervariasi
Pada perdagangan hari Kamis (4/1), Dow Jones ditutup 78 poin lebih tinggi. Sementara itu, S&P 500 mengalami penurunan sebanyak 0,3%. Nasdaq juga turun 0,5%, menandai penurunan selama 5 hari berturut-turut yang merupakan periode terpanjang sejak Oktober 2022.
Kini, investor tengah menantikan data tenaga kerja yang akan dirilis besok. Data ini akan digunakan untuk menganalisis indikator ekonomi terkini guna mengetahui arah kebijakan moneter,
Pada saat yang sama, kekhawatiran mengenai kapan waktu dan kedalaman penurunan suku bunga Federal Reserve menyebabkan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah.
Sektor keuangan mengalami penguatan terbesar, didukung oleh lonjakan saham Allstate sebesar 2,4%, setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Kenaikan ini dipicu oleh kenaikan peringkat dari Morgan Stanley yang menaikkan status Allstate menjadi “overweight”.
Selain itu, penguatan juga terlihat di sektor perbankan, dengan JPMorgan Chase mencapai rekor tertinggi selama sesi perdagangan.
Prospek Harga Saham dan Obligasi di Tahun 2024
Pada tahun 2023, secara umum kinerja reksa dana pendapatan tetap kompetitif terhadap kinerja reksa dana saham. Harga-harga saham naik cukup signifikan pada bulan November 2023 hingga akhir tahun. Secara keseluruhan, harga-harga saham naik sekitar 8% dalam 2 bulan.
Di tahun 2024, harga-harga saham diproyeksikan naik. Selain harga-harganya yang masih belum optimal, kinerja perusahaan juga diproyeksikan membaik karena menurunnya biaya produksi akibat turunnya suku bunga pinjaman, meningkatnya alokasi investasi dari investor global, dan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia dalam segala aspek.
Data klaim awal pengangguran yang meningkat di AS memberi sinyal bahwa ekonomi mulai “mendingin” dan inflasi di bulan Desember dan seterusnya akan melandai dan menyentuh angka yang diinginkan, yaitu 2%.
Investor global juga memiliki keyakinan bahwa tingkat bunga akan turun selambatnya di Q2-2024. Ini akan mempercepat naiknya harga obligasi termasuk obligasi rupiah, khususnya obligasi yang berjangka waktu panjang.
Rekomendasi:
- Masuknya investor asing ke Indonesia, baik ke pasar obligasi maupun saham, akan menambah likuiditas perdagangan dan menambah gairah investor domestik. Hal ini akan mendorong naiknya harga obligasi dan harga saham, khususnya yang berkapitalisasi besar.
- Ini saatnya menambah investasi di reksa dana berbasis saham, khususnya reksa dana indeks saham, karena portofolionya terdiri dari saham-saham berkapitalisasi besar.
- Selain itu, ini saatnya menambah investasi di reksa dana berbasis obligasi, yaitu reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy, namun PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.