tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
-
- IHSG Tertekan oleh Perlambatan Ekonomi dan Koreksi Saham Besar
- Harga Surat Utang Negara Menguat, Didorong Rupiah yang Menguat
- Harga Emas Berfluktuasi Akibat Ketidakpastian Ekonomi dan Ekspektasi Suku Bunga
- Yield Obligasi Treasury AS Turun Drastis, Dipicu Data Ketenagakerjaan yang Melemah
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 4 Agustus 2025.
IHSG Tertekan oleh Perlambatan Ekonomi dan Koreksi Saham Besar
IHSG melemah 0,97% ke level 7.464,64 pada penutupan perdagangan Senin (4/8/2025). Pelemahan ini menjadikan IHSG sebagai bursa dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia.
Tekanan jual besar terjadi sepanjang hari, dengan saham sektor barang baku, energi, dan konsumen primer turun signifikan, masing-masing 1,55%, 1,3%, dan 0,47%. Sementara bursa Asia lain seperti Hong Kong dan Singapura menguat, IHSG terus berada di zona merah, dengan volume transaksi mencapai Rp15,91 triliun.
Penyebab utama pelemahan IHSG adalah melambatnya prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II-2025, diproyeksikan hanya 4,8% secara tahunan, lebih rendah dari 4,87% pada kuartal sebelumnya.
Konsumsi rumah tangga dan investasi terhambat oleh ketidakpastian global, termasuk kebijakan AS. Selain itu, saham-saham besar seperti Amman Mineral Internasional (AMMN) dan Barito Renewables Energy (BREN) anjlok masing-masing 14,7% dan 7,69%, menjadi pemberat utama indeks.
Meski demikian, beberapa saham seperti PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) dan PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) justru melonjak hingga 34,7% dan 33,8%. Namun, koreksi saham-saham besar milik konglomerasi, yang sebelumnya mengerek IHSG di Juli 2025, serta aksi ambil untung investor setelah kenaikan bulan lalu, turut memperdalam pelemahan.
Kapitalisasi pasar BEI menyusut ke Rp13.405 triliun, meski Juli mencatat rekor tertinggi Rp13.700 triliun.
Harga Surat Utang Negara Menguat Didorong Rupiah yang Menguat
Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada perdagangan Senin (4/8/2025), dengan yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun 9 bps ke 6,08% dan SUN 10-tahun (FR0103) turun 8 bps ke 6,48%. Yield curve SUN 10-tahun juga turun ke 6,49%, mendekati batas bawah perkiraan mingguan 6,48-6,68%, menunjukkan sentimen positif di pasar obligasi.
Volume transaksi SUN melonjak ke Rp39,0 triliun dari Rp27,0 triliun di hari perdagangan sebelumnya, dengan seri FR0103 dan FR0104 paling aktif, masing-masing Rp5,6 triliun dan Rp4,4 triliun. Penguatan rupiah sebesar 0,68% ke Rp16.401/US$ turut mendukung kenaikan harga SUN, meskipun transaksi obligasi korporasi hanya mencapai Rp5,2 triliun.
Pasar global menunjukkan sentimen netral, dengan yield US Treasury 5-tahun turun ke 3,75% dan 10-tahun ke 4,22%. Namun, potensi volatilitas harga SUN tetap perlu diwaspadai karena fluktuasi pasar yang mungkin terjadi pada perdagangan Selasa (5/8/2025). (BNI Sekuritas)
Harga Emas Berfluktuasi Akibat Ketidakpastian Ekonomi dan Ekspektasi Suku Bunga
Harga emas turun ke $3.360 pada Senin (4/8) setelah naik 2,2% pada hari Jumat minggu lalu, akibat data ketenagakerjaan AS yang lemah, hanya mencatat 73.000 lapangan kerja baru, jauh di bawah perkiraan 115.000. Revisi data sebelumnya menghapus 258.000 pekerjaan, mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 81% pada September, yang mendukung emas.
Pada Selasa pagi ini (5/8/2025), emas naik 0,2% ke $3.380,61 per ons, didukung melemahnya dolar AS dan penurunan yield obligasi Treasury AS 10-tahun. Ekspektasi pemangkasan suku bunga meningkat ke 94,4%, dengan pernyataan Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, memperkuat peluang ini, menjadikan emas sebagai aset safe-haven yang menarik.
Meski menguat 2,5% sepanjang minggu lalu, pergerakan emas dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global, negosiasi perdagangan AS-Tiongkok, dan potensi aksi ambil untung.
Kepemilikan SPDR Gold Trust naik 0,18% ke 954,80 ton, sementara perak dan platinum sedikit menguat, namun paladium turun tipis, menunjukkan dinamika pasar yang bervariasi. (Trading View, Reuters)
Yield Obligasi Treasury AS Turun Drastis Dipicu Data Ketenagakerjaan yang Melemah
Yield obligasi Treasury AS 10-tahun turun ke 4,20% pada Senin (4/8/2025), level terendah tiga bulan, setelah revisi data ketenagakerjaan AS menghapus 250.000 lapangan kerja non-farm dari dua bulan terakhir.
Data Juli yang lemah dan penurunan lapangan kerja manufaktur menunjukkan pasar tenaga kerja yang rapuh, dipengaruhi ancaman tarif dan ketidakpastian kebijakan ekonomi.
Penurunan yield Treasury meningkatkan harapan pasar bahwa suku bunga akan diturunkan oleh The Fed pada September mendatang, dengan kemungkinan dua kali penurunan tahun ini.
AS juga meningkatkan pembelian kembali obligasi, membuat harga menjadi naik dan menekan yield lebih lanjut. Hal ini mencerminkan sentimen pasar global yang berhati-hati, memengaruhi harga aset safe-haven seperti emas. (Trading Economics)
Penurunan yield Treasury AS dapat meningkatkan permintaan terhadap Surat Utang Negara karena investor mencari imbal hasil lebih tinggi di pasar emerging markets. Hal ini membuat harganya menjadi naik dan menekan yield Surat Utang Negara (SUN).
Namun, volatilitas tetap perlu diwaspadai akibat ketidakpastian global dan potensi perubahan sentimen pasar terhadap kebijakan The Fed. (Trading Economics)
Rekomendasi Investasi
- Jangka Pendek (hingga 1 tahun): Reksa dana pasar uang menawarkan imbal hasil stabil (4–6%) untuk menghindari volatilitas IHSG. Emas cocok sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan rupiah (target $3,500/ons). SBN seri SBR014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 7 Agustus 2025 dengan kupon 6,25% (tenor 2 tahun) dan 6,35% (tenor 4 tahun) menjadi pilihan yang tepat
- Jangka Menengah (1–5 tahun): Reksa dana campuran dengan portofolio saham yang fokus pada sektor properti dan keuangan, untuk menangkap potensi proyeksi IHSG ke 7.900 dan portofolio obligasi yang kinerjanya relatif stabil untuk menahan volatilitas saham. Emas tetap relevan untuk diversifikasi. Reksa dana pendapatan tetap yang berisi portofolio SUN dan Obligasi Korporasi tenor menengah (5–10 tahun) dengan return 7-8% juga dapat menjadi pilihan investasi.
- Jangka Panjang (>5 tahun): Reksa dana saham ideal untuk investor agresif yang meyakini bahwa dalam jangka panjang situasi geopolitik membaik, negara-negara secara global sudah beradaptasi dengan tarif perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi lebih stabil. Emas melindungi nilai jangka panjang. Reksa dana pendapatan tetap yang memiliki tenor atau durasi lebih dari 10 tahun cocok untuk investor konservatif, dengan yield stabil dan risiko default rendah.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.