tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG menguat tipis di tengah harapan January Effect.
- Harga SUN masih melemah.
- Harga emas tertekan oleh ekspektasi kebijakan Fed.
- Indeks Dolar AS tetap tinggi.
- Imbal hasil obligasi Treasury AS tetap stabil di level tinggi, di kisaran 4,6%.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 3 Januari 2025.
IHSG Menguat Tipis di Tengah Harapan January Effect
Pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Januari 2025, IHSG menguat tipis sebesar 0,02% ke posisi 7.164,43. Kenaikan ini terjadi di tengah harapan pasar akan adanya fenomena January Effect, setelah Santa Claus Rally tidak terlaksana di Desember 2024.
Nilai transaksi termasuk tipis, “hanya” Rp7,8 triliun. Investor asing melakukan transaksi net sell sekitar Rp571 miliar.
Sektor teknologi menjadi penahan koreksi IHSG dengan kenaikan 2,05%. Sementara itu, sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar dengan penurunan 0,76%.
Beberapa saham yang berkontribusi positif terhadap IHSG adalah GOTO (+9,86%) dan BREN (+2,11%), masing-masing menyumbang 16,1 dan 7,6 indeks poin IHSG.
Sebaliknya, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA, -4,33%) dan BBRI (-1,43%) menjadi penekan IHSG dengan penurunan masing-masing 12,1 dan 8,8 indeks poin.
Pasar juga menimbang dampak dari pulihnya aktivitas manufaktur Indonesia serta kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% untuk barang dan jasa mewah.
Di sisi lain, bursa Asia bergerak bervariasi, dengan indeks Kospi -1,79%, indeks Hang Seng Hong Kong +0,70%, dan indeks Strait Times Singapore +0,03%.
Lebih lanjut, indeks Shenzhen Composite -2,65%, indeks Shanghai -1,57%, dan indeks FTSE Malaysia KLCI -0,21%.
Pergerakan IHSG yang fluktuatif sepanjang perdagangan Jumat (3/1) menunjukkan harapan pasar terhadap penguatan di awal tahun, meskipun ada beberapa faktor yang masih menjadi pertimbangan. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz, IDX)
Harga Surat Utang Negara (SUN) Masih Melemah
Pada sesi perdagangan hari Jumat, 3 Januari 2025, harga SUN mengalami pelemahan harian. Hal ini ditandai oleh kenaikan tipis yield SUN Benchmark 5-tahun, menjadi 6,97%, dan kenaikan yield SUN Benchmark 10-tahun menjadi 6,99%.
Nilai transaksi SBN secara outright traded mencapai Rp11,2 triliun, sedikit menurun dari hari sebelumnya.
Meskipun demikian, laporan Bank Indonesia menunjukkan adanya transaksi beli neto oleh investor asing sebesar Rp1,08 triliun untuk periode 30 Desember 2024 hingga 2 Januari 2025. Sebagian besar pembelian terjadi di pasar SBN dan pasar saham.
Selain itu, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024, nonresiden atau investor asing tercatat membeli neto Rp34,59 triliun di pasar SBN. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Tertekan oleh Ekspektasi Kebijakan Fed
Jumat (3/1/25), harga emas spot melemah sekitar 0,7% ke level $2.640 per ons, menghapus kenaikan sebelumnya.
Penurunan harga emas dipicu oleh ekspektasi hawkish (suku bunga tinggi) dari US Federal Reserve setelah data ISM (Institute for Suplly Management, AS) menunjukkan peningkatan pesanan manufaktur dan produksi pada bulan Desember.
Kekhawatiran terhadap implementasi kenaikan tarif oleh pemerintahan presiden terpilih, Donald Trump, menambah risiko pro-inflasi yang dapat mencegah Fed memperpanjang siklus pemotongan suku bunga. Namun, pembelian emas oleh berbagai bank sentral, termasuk sinyal dari bank sentral Tiongkok, PBoC, untuk mengurangi suku bunga.
Meskipun mengalami penurunan pada hari Jumat, emas masih mencatat kenaikan mingguan hampir 2%, yang merupakan kenaikan mingguan terbaik sejak 17 November.
Selain itu, penurunan indeks Dolar AS sebesar 0,3% pada hari Jumat membantu mendukung kenaikan harga emas, meskipun dolar AS tetap mendekati level tertinggi dua tahun yang tercapai pada bulan lalu.
Meskipun demikian, pasar tetap berhati-hati di awal tahun 2025 karena Fed mengisyaratkan hanya akan memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini. (Trading Economics, Investing)
Indeks Dolar AS Tetap Tinggi
Jumat (3/1/25) lalu, indeks dolar AS (US Dollar Index) tetap di kisaran 109, mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Hal ini terjadi karena investor global yakin dengan kekuatan ekonomi AS dan ekspektasi pemotongan suku bunga US Fed yang lebih sedikit tahun ini.
Dalam hal ini, ekonomi AS terus menunjukkan ketahanan, memungkinkannya mengungguli ekonomi global lainnya dalam waktu dekat.
The Fed mengisyaratkan sikap hati-hati pada pelonggaran kebijakan tahun 2025 karena inflasi yang masih tinggi, dengan proyeksi hanya dua kali pemotongan suku bunga masing-masing 25 bps di tahun 2025.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan terkait pemerintahan Trump yang akan datang mendorong aliran safe haven ke dalam US Dollar.
Investor kini fokus pada Indeks Manufaktur ISM hari Jumat (3/1) dan komentar dari pejabat Fed untuk wawasan lebih lanjut tentang kondisi ekonomi AS.
Dolar AS diperdagangkan pada level tertinggi dalam beberapa tahun terhadap Euro Dollar, Aussie Dollar, New Zealand Dollar, serta pada level tertinggi dalam beberapa bulan terhadap Japanese Yen dan British Poundsterling. (Trading Economics)
Imbal Hasil Obligasi Treasury AS Stabil di Level Tinggi
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun tetap stabil di atas 4,57% hari Jumat 3 Januari 2025 lalu, setelah mencapai level tertinggi delapan bulan sebesar 4,65% pada 27 Desember 2024.
Data ekonomi yang kuat mendukung terjadinya kenaikan ini. Salah satunya adalah PMI (Purchasing Managers’ Index) AS yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Desember, menunjukkan kenaikan dalam pesanan dan produksi baru.
Selain itu, klaim pengangguran awal (initial jobless) turun ke level terendah sejak April 2024, memperkuat pandangan pasar tentang pasar tenaga kerja yang kuat.
Latar belakang ekonomi makro yang kuat dan kebijakan pro-inflasi dari Presiden Terpilih Trump mendorong pasar untuk memperkirakan satu atau dua pemotongan suku bunga, masing-masing sebesar 25 basis poin oleh US Fed tahun 2025 ini.
Pengukur harga survei juga naik karena pabrik-pabrik meningkatkan investasi menjelang potensi kenaikan tarif oleh pemerintahan yang akan datang.
Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi sepanjang tahun 2025. (Trading Economics)
Ulasan
- Harga-harga saham Indonesia masih tertekan. Penyebabnya adalah kuatnya ekonomi AS yang membuat USD tetap kuat, serta tingginya yield US Treasury yang membuat harga-harga saham di AS tumbuh lebih tinggi dari bursa lainnya, sehingga membuat investor global mengalihkan investasinya dari emerging markets ke AS.
- Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, total 50 bps.
- Terbatasnya penurunan suku bunga akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk Rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai Rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
- Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.