Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Ditutup Melemah Pada Rabu (6/12)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada akhir perdagangan di hari Rabu (6/12), setelah sempat bergerak ke zona hijau pada perdagangan di hari Senin (4/12) kemarin.
IHSG ditutup melemah 0,19% ke posisi 7.087,395. Meski terkoreksi, IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 hingga hari ini.
Nilai transaksi IHSG berkisar Rp16 triliun dengan melibatkan 44 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 221 saham naik, 355 saham turun, dan 191 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG, setelah beberapa hari sebelumnya sektor tersebut menjadi penopang IHSG.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Saham-saham ini antara lain GOTO -8,91%, BMRI -2,93%, AMMN (Amman Mineral Internasional) -2,65%, BBCA -1,12%, dan BBNI -1,42% (CNBC Indonesia)
Obligasi Rupiah Bergerak Variatif
Harga obligasi berdenominasi Rupiah bergerak variatif. Meskipun demikian, harga obligasi rupiah memiliki kecenderungan menguat pada perdagangan hari Senin (4/12) lalu.
Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0095) turun sebesar 2bp menjadi 6,50%. Sementara itu, yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0096) turun 1bp 6,56%.
Lebih lanjut, berdasarkan data BTMM ID Bloomberg, yield curve SUN 5-tahun turun 1bp 6,55%. Level yield SUN 10-tahun saat ini masih in-line dengan estimated range kami untuk minggu ini, yaitu di kisaran 6,52-6,78%.
Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp10,4 triliun kemarin. Angka ini lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya, yaitu Rp12,8 triliun.
FR0100 dan FR0098 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing-masing sebesar Rp851,2 miliar dan Rp715,6 miliar. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,7 triliun.
Indikator global menunjukkan sentimen yang positif, tergambar dari penurunan yield curve US Treasury (UST). Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 2bps menjadi 4,12%, sementara yield curve UST 10-tahun turun sebesar 6bps menjadi 4,12%.
Level Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masih bertahan di 76bps, mengindikasikan risk appetite investor yang masih relatif terjaga (BNI Securities).
Lebih lanjut, yield US Treasury 10 tahun terus menunjukkan tren penurunan dari 4,926% di akhir Oktober, menjadi 4,1000% di hari Rabu (6/12) kemarin. Hal ini menunjukkan bahwa spread US 10 Y dengan Indo 10 Y perlahan-lahan melebar, dalam keadaan normal spread biasanya adalah antara 3,50% – 4,00%.
Penurunan yield Indo Y akan terjadi secara perlahan. Hal ini memberikan kesempatan bagi investor berbasis obligasi untuk mendapatkan return tinggi dari yield yang tinggi, dengan harapan bahwa tingkat bunga US dan rupiah akan turun sehingga harga-harga obligasi akan naik.
Wall Street Ditutup di Warna Merah
Saham-saham di AS berakhir di zona merah pada hari Rabu (6/12), tertekan oleh penurunan saham-saham energi dan beberapa saham megacaps. Dalam hal ini, Dow Jones turun 69 poin atau -0,19%. Lalu, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun hampir 0,4% dan 0,6%.
Sementara itu, data baru menunjukkan indikasi melemahnya pasar tenaga kerja AS. Hal ini disebabkan oleh adanya laporan ADP yang menunjukkan bahwa penambahan lapangan kerja di AS lebih rendah dari perkiraan pada bulan November.
Selain itu, biaya tenaga kerja lebih rendah daripada perkiraan pada kuartal ketiga. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan menyelesaikan pengetatan moneter dan potensi penurunan suku bunga di tahun mendatang.
Namun, penurunan harga minyak sebesar hampir 4% membebani sektor energi sehingga saham Exxon Mobil dan Marathon Petroleum masing-masing turun 1,3% dan 3,8%.
Selain itu, Nvidia turun 2,3% karena bekerja sama dengan pemerintah AS untuk mematuhi pembatasan ekspor chip barunya untuk pasar China. Saham megacap, termasuk Apple, Microsoft, dan Amazon, turun antara 0,5% dan 1,6%, sementara Tesla naik 0,3%. Setelah bel berbunyi, GameStop siap melaporkan pendapatannya (Trading Economics).
Rekomendasi:
- Nilai transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia yang sudah stabil diatas Rp10 triliun perhari sejak 24 November lalu memberikan sinyal sentimen positif. IHSG pun berada pada tren kenaikan 4,96% sejak akhir Oktober. Selain itu, bulan Desember adalah bulan “Window Dressing”, alias bulan mempercantik kinerja investasi saham. Harga saham juga masih relatif murah. Oleh karena itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk menambah alokasi investasi di reksa dana saham, reksa dana indeks saham, serta reksa dana campuran.
- Ekspektasi turunnya suku bunga US dan rupiah di kuartal kedua 2024 membuat harga obligasi perlahan-lahan naik. Karena itu, ini saat yang tepat pula untuk menambah alokasi investasi di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang. Harga-harga obligasi di portofolio reksa dana pendapatan tetap diharapkan akan naik mengantisipasi turunnya suku bunga.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), yang memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini.
Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.