Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 7 Januari 2025

tanamduit Breakfast News: 7 Januari 2025

oleh | Jan 7, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG anjlok 1,17% di tengah ketidakpastian pasar.
  • Harga SUN masih tren melemah.
  • Harga emas tertekan jelang rilis data ekonomi AS.
  • Indeks Dolar AS tetap tinggi.
  • US Dollar Index mengalami penurunan, namun yield US Treasury masih mengalami kenaikan.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 6 Januari 2025.

data market update 7 Januari 2025

IHSG Anjlok 1,17% di Tengah Ketidakpastian Pasar

Pada penutupan perdagangan Senin (6/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 1,17% ke posisi 7.080,47. Penurunan ini terjadi setelah IHSG berada di level psikologis 7.100 selama dua hari berturut-turut.

Nilai transaksi IHSG mencapai sekitar Rp 8 triliun dengan 22 miliar saham berpindah tangan.

Sektor bahan baku dan keuangan menjadi penekan terbesar IHSG. Saham-saham perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan indeks.

Penurunan IHSG terjadi di tengah ketidakpastian pasar global, menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan membahas keputusan suku bunga.

Sentimen negatif lainnya datang dari data Non-Farm Payrolls (NFP) Desember yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan lapangan pekerjaan.

Meskipun ada harapan akan fenomena January Effect yang meningkatkan harga saham di awal tahun, arus dana asing yang masih mencatatkan outflow membuat probabilitas ini menjadi kecil.

Tekanan terhadap IHSG juga berasal dari beberapa saham big caps, seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI), serta saham sektor bahan baku dan keuangan lainnya.

Komentar dari anggota Dewan Gubernur The Fed dan data ekonomi AS yang kuat menambah tantangan bagi investor dalam memprediksi jalur suku bunga AS.

Lebih lanjut, investor juga mempertimbangkan potensi kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, yang menambah ketidakpastian pasar. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Harga SUN Masih Tren Turun

Harga Surat Utang Negara (SUN) melemah pada sesi perdagangan Senin, 6 Januari 2025. Yield SUN Benchmark 5-tahun turun menjadi 6,95% dan yield 10-tahun naik menjadi 7,04%.

Nilai transaksi SBN tercatat sebesat Rp7,1 triliun, lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang Rp11,2 triliun.

Harga Emas Tertekan Jelang Data Ekonomi AS

Senin (6/1/25), harga emas diperdagangkan di bawah USD2.640 per on. Hal ini terjadi karena para pedagang menantikan rilis data ekonomi AS minggu ini untuk menilai sikap Federal Reserve terhadap pemotongan suku bunga.

Data penting terkait ekonomi AS yang akan rilis meliputi lowongan pekerjaan, risalah pertemuan Fed, dan laporan penggajian non-pertanian (Non-Farm Payrolls).

Pernyataan dari Presiden Fed, San Francisco Mary Daly, dan Gubernur Fed, Adriana Kugler, memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan lebih hati-hati dalam pemotongan suku bunga tahun ini.

Selain itu, kebijakan ekonomi dalam pemerintahan Trump  yang akan datang diperkirakan akan mendorong inflasi dan membatasi kemampuan Fed untuk menurunkan suku bunga. Hal ini dapat mengurangi daya tarik emas.

Meskipun demikian, harga emas tetap didorong naik oleh ketegangan geopolitik dan ekspektasi pembelian bank sentral yang berkelanjutan. (Investing)

Goldman Sachs Revisi Prediksi Harga Emas 2025 dan 2026

Goldman Sachs telah merevisi target harga emas sebesar USD3.000 per ons dari Desember 2025 ke pertengahan tahun 2026.

Revisi ini terjadi karena mereka memperkirakan pemotongan suku bunga Federal Reserve pada tahun 2025 akan lebih kecil, hanya 75 basis poin dibandingkan 100 basis poin sebelumnya.

Perubahan ini diharapkan akan memperlambat laju pembelian emas ETF, yang mengakibatkan penundaan kenaikan harga emas.

Dalam catatan penelitian terbaru, Goldman Sachs memproyeksikan emas akan naik sekitar 14% menjadi USD3.000 per ons pada kuartal kedua tahun 2026, dan mencapai $2.910 per ons pada akhir tahun 2025. Permintaan berbagai bank sentral terhadap emas tetap menjadi pendorong utama harga emas, meskipun aliran ETF yang lebih lemah meredam ekspektasi.

Lebih lanjut, Goldman memperkirakan pembelian emas bulanan oleh bank sentral rata-rata mencapai 38 ton hingga pertengahan 2026, lebih dari dua kali lipat tingkat sebelum pembekuan aset Rusia.

Mereka juga mencatat bahwa risiko terbesar terhadap perkiraan ini adalah suku bunga US Fed Funds Rate yang lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, sementara potensi resesi AS dapat mendorong harga emas di atas USD3.000. (Investing)

US Dollar Index Turun dari Level Tertinggi Dua Tahun di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif

Senin (6/1/25) kemarin, indeks dolar turun 0,8% menjadi sekitar 108,1, meskipun sempat mencapai level tertinggi dua tahun akhir tahun lalu.

Penurunan ini terjadi setelah adanya laporan bahwa para pembantu Trump sedang mempertimbangkan rencana tarif baru yang hanya mencakup impor penting, berbeda dengan rencana tarif universal yang diusulkan selama kampanye presiden.

Meskipun berita ini sempat membuat dolar turun lebih dari 1%, Trump menepis laporan tersebut dan menegaskan bahwa kebijakan tarifnya tidak akan dikurangi.

Kini, para pedagang fokus pada data pasar tenaga kerja utama yang akan rilis minggu ini, serta pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve dan risalah rapat Fed bulan Desember untuk mendapatkan wawasan tentang arah kebijakan bank sentral.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun berkisar sekitar 4,6%, mendekati level tertinggi tujuh bulan. Sementara itu, imbal hasil obligasi 30 tahun naik di atas 4,85%, menandai level tertinggi sejak akhir 2023.

Pedagang bersiap untuk minggu yang penuh peristiwa dengan rilis data ekonomi utama dan lelang Treasury yang signifikan.

Data pasar tenaga kerja, seperti laporan pekerjaan dan data JOLTS, serta pidato dari pejabat Fed dan risalah pertemuan Fed bulan Desember, akan menjadi fokus utama bagi para investor dalam mengevaluasi kekuatan pasar tenaga kerja dan kebijakan bank sentral AS.

Sementara itu, Presiden terpilih Donald Trump menegaskan bahwa kebijakan tarifnya tidak akan dikurangi meskipun ada laporan yang menyebutkan sebaliknya.

Ulasan

  • Harga-harga saham Indonesia masih tertekan. Penyebabnya adalah kuatnya ekonomi AS  yang membuat USD tetap kuat, serta tingginya yield US Treasury yang membuat harga-harga saham di AS tumbuh lebih tinggi dari bursa lainnya, sehingga membuat investor global mengalihkan investasinya dari emerging markets ke AS.
  • Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, total 50 bps.
  • Terbatasnya penurunan suku bunga akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk Rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai Rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
  • Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.

Rekomendasi

  • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
  • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile