tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Melonjak 0,97%, Didorong Sektor Tambang dan Saham Unggulan LQ45
- Harga SUN Bervariasi di Tengah Sentimen Global
- IHSG, Rupiah, dan Emas Menguat Sebagai Antisipasi Ketegangan Global
- Harga Emas Melonjak di Tengah Ketegangan Perang Dagang dan Ketidakpastian Suku Bunga
- Melemahnya US Dollar Menyebabkan Harga Emas Naik Menjelang Keputusan Suku Bunga AS
- Yield US Treasury Naik Karena Data Ekonomi AS Kuat dan Ancaman Tarif
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 6 Mei 2025.
IHSG Melonjak 0,97% Didorong Sektor Tambang dan Saham Unggulan LQ45
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,97% ke level 6.898,19 pada Selasa (6/5/2025), didukung kenaikan saham-saham unggulan LQ45 dan sektor bahan baku, energi, serta konsumen.
Transaksi mencapai Rp16,7 triliun. Investor asing net selling sekitar Rp202 miliar setelah 5 hari bursa berturut-turut melakukan net buy sekitar Rp523 miliar.
Sektor bahan baku menjadi penyumbang terbesar, dengan melesatnya saham seperti PT Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) +34,9% dan PT Xolare Rcr Energy (SOLA) +22,8%.
Saham LQ45, seperti PT Aneka Tambang (ANTM) +9,48% dan PT Amman Mineral (AMMN) +6,71% juga turut mendorong optimisme pasar.
Penguatan IHSG sejalan dengan kenaikan harga emas global akibat kekhawatiran resesi di AS dan penurunan harga minyak imbas keputusan OPEC+ menambah produksi. Saham tambang emas seperti PT Merdeka Copper Gold (MDKA) +5,95% dan PT Bumi Resources Minerals (BRMS) +5,88% ikut meroket.
Sementara itu, Pasar Asia bergerak beragam. Indeks Shanghai (+1,13%) dan Shenzhen (+2,25%) menguat, sementara Thailand (-0,93%) dan Malaysia (-0,18%) melemah. IHSG sendiri telah naik 15,5% dalam 17 hari terakhir, meski historis Mei cenderung lesu.
Meski optimis, pasar tetap waspada terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2025 yang hanya 4,87% (terendah sejak 2021), di bawah ekspektasi. Data ini berpotensi memengaruhi sentimen investor asing.
Pelaku pasar juga menanti hasil rapat The Fed AS yang akan memengaruhi arah pasar global.
Dengan kombinasi faktor dalam dan luar negeri, IHSG berhasil mencatatkan reli ketujuh beruntun, menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Harga SUN Bervariasi di Tengah Sentimen Global
Harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan Selasa, 6 Mei 2025, menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Yield SUN tenor 5-tahun (FR0104) turun 3 basis poin ke 6,58%, sedangkan tenor 10-tahun (FR0103) naik 1 basis poin ke 6,87%, sejalan dengan data Bloomberg yang mencatat yield SUN 10-tahun di 6,88%.
Volume transaksi SBN melonjak ke Rp43,7 triliun, dengan seri FR0103 dan FR0104 menjadi yang paling aktif. Sementara itu, lelang SUN mencatat penawaran Rp80,9 triliun dan pemerintah menetapkan Rp30 triliun, melebihi target Rp26 triliun.
Rupiah menguat tipis 0,04% ke Rp16.449 per dolar AS, didukung sentimen global yang cenderung positif dengan penurunan yield US Treasury 5-tahun ke 3,90% dan 10-tahun ke 4,30%.
Pasar kini menanti hasil pertemuan Federal Reserve (FOMC) malam ini, dengan Credit Default Swap Indonesia stabil di 97 basis poin.
Meskipun ada peluang pergerakan stabil, harga dan yield SBN diperkirakan akan bergerak sideways. Hal ini memberikan peluang bagi masyarakat untuk berinvestasi di obligasi pemerintah dengan hati-hati sambil memantau perkembangan global.
IHSG, Rupiah, dan Emas Menguat Sebagai Antisipasi Ketegangan Global
Pada perdagangan Selasa (6/5), IHSG berhasil menguat sebesar 0,97% ke level 6.898,19, bahkan sempat menyentuh level tertinggi di 6.913.
Kinerja positif ini didukung oleh penguatan mata uang rupiah, yang berbalik arah setelah melemah di awal sesi.
Selain itu, kinerja positif IHSG juga ditopang oleh sentimen positif dari pasar Asia. Beberapa bursa di wilayah ini, khususnya di China, tetap menguat.
Analis pasar, Gunawan Benjamin, menyebut bahwa penguatan IHSG didorong oleh stabilnya rupiah dan ketidakpastian ekonomi global yang belum menunjukkan gejolak besar.
Sementara itu, ketegangan geopolitik di kawasan Asia, terutama antara India dan Pakistan, masih membayangi sentimen pasar. Meski isu ini belum memengaruhi pasar secara signifikan, pelaku pasar tetap memantau perkembangan konflik yang berkembang.
Harga emas mengalami kenaikan ke kisaran USD3.378 per ons troi dan Rp1,8 juta per gram, sebagai bentuk perlindungan dari ketidakpastian dan rasa waspada terhadap risiko geopolitik yang makin memanas di kawasan.
Secara keseluruhan, penguatan IHSG, rupiah, dan emas ini menunjukkan adanya antisipasi pasar terhadap dinamika geopolitik dan ekonomi global.
Ketegangan regional yang meningkat dan ketidakpastian pasar global membuat investasi di aset safe haven seperti emas tetap menarik, sementara pasar saham dalam negeri terus menunjukkan tren positif berkat stabilnya nilai tukar dan sentimen positif dari negara tetangga. (IDX Channel)
Harga Emas Melonjak di Tengah Ketegangan Perang Dagang dan Ketidakpastian Suku Bunga
Pada hari Selasa (6/5), harga emas berhasil menembus di atas US$3.370 per ons, mencapai level tertinggi dalam lebih dari seminggu.
Lonjakan ini didorong oleh ancaman tarifikasi baru dari Presiden Donald Trump yang membuka front baru dalam perang dagang, termasuk tarif 100% untuk film dari luar AS dan rencana tarif farmasi dalam dua minggu ke depan.
Situasi ini meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven, karena pelaku pasar mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi dan risiko perdagangan global.
Sementara itu, pasar masih menunggu keputusan dari Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga yang akan diumumkan minggu ini. Pasar juga menunggu pidato dari pejabat Fed yang akan memberikan gambaran tentang prospek kebijakan moneter selanjutnya.
Meski banyak yang memperkirakan Fed akan mempertahankan suku bunga saat ini, tekanan dari Trump agar suku bunga dipangkas terus mempengaruhi sentimen pasar.
Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan ini mendorong harga emas tetap stabil dan menguat, sebagai langkah perlindungan dari risiko ekonomi dan politik global. (Trading Economics)
Imbal Hasil Treasury AS Turun: The Fed Dukung Pasar Obligasi
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun turun ke 4,32% pada Selasa, 6 Mei 2025, setelah sempat mencapai puncak dua minggu. Penurunan ini terjadi karena investor banyak membeli obligasi jangka panjang pasca-lelang yang kuat.
The Federal Reserve membeli obligasi senilai hampir US$15 miliar dalam lelang tersebut—terbesar sejak 2021—untuk menyesuaikan kebijakan pengetatan kuantitatif yang lebih lambat. Hal ini memberikan dukungan pada pasar obligasi.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50% pada Rabu. Namun, investor menanti wawasan tentang dampak kebijakan perdagangan Presiden Trump, terutama setelah negosiasi dengan Tiongkok terhenti, meskipun diskusi dengan negara Asia lain berlanjut.
Di sisi data, laporan layanan ISM menunjukkan ekspansi dan optimisme, sejalan dengan data pekerjaan yang kuat minggu lalu. Meski demikian, hal ini berlawanan dengan tanda-tanda tekanan ekonomi akibat perang dagang, seperti kontraksi PDB Q1 AS sebesar 0,3%, lonjakan impor, dan penurunan volume pelabuhan.
Bagi masyarakat, penurunan imbal hasil ini menunjukkan minat investor pada aset aman di tengah ketidakpastian global.
Di sisi lain, penurunan ini juga mengingatkan pentingnya memantau kebijakan The Fed dan dampak perdagangan internasional terhadap pasar keuangan. (Trading Economics)
Factors to Watch:
- Secara global, pasar keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan suku bunga Federal Reserve, yang diperkirakan tetap di 4,25%-4,50%, meskipun ada ekspektasi pemotongan pada Juli.
- Kenaikan yield US Treasury ke 4,32% dan ketegangan geopolitik, seperti konflik India-Pakistan, mendorong permintaan emas sebagai aset aman, dengan harga naik ke $3.378 per ons.
- Di dalam negeri, IHSG menguat 0,97% ke 6.898,19 (6 Mei 2025), didukung sektor tambang emas dan konsumer. Namun, pertumbuhan ekonomi Q1-2025 hanya 4,87%, terendah dalam 3,5 tahun, akibat penurunan belanja pemerintah dan konsumsi.
- Rupiah tren menguat, namun yield SBN tenor 5-tahun tren naik, menunjukkan tekanan global.
- Kontraksi manufaktur (PMI 46,7) dan penurunan harga minyak (Brent $60,23) juga menjadi risiko.
Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana
- Alokasikan 50-60% pada reksa dana saham dan reksa dana indeks saham di sektor konsumer non-primer dan barang baku, karena sektor ini memimpin kenaikan IHSG (konsumer non-primer naik 1,27%, barang baku 3,26% pada 6 Mei). Reksa dana indeks Indeks IDX30 juga menarik, mengingat IDX30 berpotensi naik 10%-14%. Alasan: Valuasi saham Indonesia atraktif, konsumsi musiman tetap kuat, dan pelonggaran suku bunga BI dapat mendorong IHSG ke 6.900-7.000.
- Alokasikan 30-40% pada reksa dana pendapatan tetap untuk stabilitas.
2. Emas
- Alokasikan 10-15% portofolio ke emas, dengan harga saat ini $3.378 per ons sebagai peluang beli. Alasan: Emas naik karena ketegangan geopolitik dan dolar yang melemah, menjadikannya lindung nilai yang baik di tengah risiko global.
- Proyeksi akhir 2025 di $3,000-$3,700 menunjukkan potensi kenaikan jangka panjang.
3. SBN
- Pilih SBN tenor pendek (1-5 tahun) untuk likuiditas. Alasan: SBN menarik sebagai aset aman di tengah perlambatan ekonomi, didukung minat asing (net buy Rp24,4 triliun).
- SBN Seri SR022 adalah produk tepat yang berjangka waktu 2 dan 5 tahun yang akan mulai ditawarkan tanggal 16 Mei – 18 Juni 2025.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.