Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 8 Januari 2025

tanamduit Breakfast News: 8 Januari 2025

oleh | Jan 8, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG naik tipis di tengah volatilitas dan ketidakpastian pasar.
  • Lelang SUN perdana 2025 sepi peminat.
  • Harga emas spot naik ditengah menguatnya US Dollar dan ketidakpastian ekonomi.
  • US Dollar Index dan yield US Treasury mengalami kenaikan karena data ekonomi yang positif.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 7 Januari 2025.

data market update 8 Januari

 

IHSG Naik Tipis di Tengah Volatilitas dan Ketidakpastian Pasar

Pada perdagangan Selasa (7/1/2025) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik tipis sebesar 0,04% ke posisi 7.083,28 setelah sempat bergerak volatil sepanjang sesi I.

Nilai transaksi mencapai sekitar Rp9,5 triliun dan investor asing mencatat transaksi net sell sebesar Rp678,7 miliar.

Sektor kesehatan dan teknologi menjadi penopang utama IHSG. Sementara itu, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) turun sebesar -4,46% dan menjadi penekan terbesar IHSG.

IHSG bergerak mendatar di sesi II, di tengah derasnya dana investor asing yang keluar dari pasar saham Indonesia. Ketidakpastian di AS terkait kebijakan tarif impor dan keimigrasian era Presiden Donald Trump serta kondisi ekonomi dalam negeri turut mempengaruhi pasar. (CNBC Indonesia)

Lelang SUN Perdana 2025 Sepi Peminat

Lelang Surat Utang Negara (SUN) perdana tahun 2025 mengejutkan banyak analis dengan sepinya minat investor, meskipun ada dua seri baru yang ditawarkan.

Total incoming bids hanya mencapai Rp31,65 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN terakhir tahun lalu yang mencapai Rp38,98 triliun.

Seri FR0106 dan FR0107 menarik minat terbesar dengan incoming bids masing-masing sebesar Rp6,45 triliun dan Rp5,61 triliun, namun nilai yang dimenangkan untuk kedua seri tersebut hanya sebesar Rp5,95 triliun dan Rp5,50 triliun.

Sepinya minat ini terjadi di tengah tekanan di pasar sekunder dan penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih memilih penempatan di tenor pendek, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang memberikan yield tinggi.

Dalam lelang ini, seri re-opening FR0104 yang jatuh tempo tahun 2030 menjadi yang paling diminati dengan incoming bids mencapai Rp9,70 triliun. Pemerintah memenangkan seri ini dengan jumlah terbesar, yaitu Rp7,1 triliun.

Minat investor yang sepi membuat Kementerian Keuangan memutuskan untuk menerbitkan SUN di bawah target indikatif, yaitu hanya Rp26,2 triliun dari target indikatif Rp28 triliun dan target maksimal Rp42 triliun.

Data menunjukkan bahwa penambahan posisi kepemilikan SUN oleh asing sepanjang tahun 2024 hanya sebesar Rp37,48 triliun, yang merupakan penambahan terkecil sejak 2011. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Naik di Tengah Menguatnya Dolar AS dan Ketidakpastian Ekonomi

Selasa (7/1/25) lalu, harga emas spot ditutup naik sekitar 0,50% menjadi USD2.649, setelah sempat naik 1% ke level USD2.660/ons karena tertekan oleh kenaikan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi yang berlanjut.

Pada bulan Desember 2024, harga emas turun karena aksi ambil untung dan antisipasi investor terhadap penurunan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve pada tahun 2025. Namun, penurunan dolar AS dari puncaknya baru-baru ini memberikan dukungan bagi emas.

Menurut analis di RBC Capital Markets, harga emas diperkirakan akan naik moderat pada tahun 2025 karena ketidakpastian ekonomi dan risiko inflasi yang terus mendukung permintaan dari berbagai bank sentral dan investor.

Pada tahun 2024, harga emas melonjak sekitar 27%. Di tahun 2025, emas diperkirakan akan tetap menghasilkan kinerja positif karena ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, dan utang negara (Amerika Serikat) yang tinggi.

Lebih lanjut, RBC Capital Markets juga memprediksi harga emas akan mencapai USD2.873 per ons pada tahun 2026, sebelum menurun dalam dua tahun berikutnya. (Investing)

Indeks Dolar dan Imbal Hasil (Yield) Obligasi US Treasury Naik Karena Data Ekonomi Positif

Selasa (7/1/25) kemarin, indeks dolar (US Dollar Index – DXY) naik ke 108,5. Indeks dolar rebound dari penurunan dua hari sebelumnya karena data ekonomi menunjukkan US Federal Reserve mungkin akan menghentikan pemotongan suku bunga, sebab inflasi meningkat.

Pertumbuhan sektor jasa AS meningkat pada bulan Desember 2024 yang lalu, mendorong aktivitas bisnis dan harga ke level tertinggi sejak awal 2023.

Lowongan pekerjaan juga meningkat sebesar 259.000 menjadi 8,098 juta pada bulan November, melampaui ekspektasi dan menandai level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Selain itu, spekulasi tentang pemerintahan Trump yang mengadopsi strategi tarif tinggi yang kurang agresif juga mereda setelah Trump membantah rencana tersebut.

Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi US Treasury 10 tahun naik di atas 4,68% pada Selasa (7/1/25), menandai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh kekuatan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan pinjaman.

Tak hanya itu, pertumbuhan lapangan pekerjaan yang solid, aktivitas sektor jasa yang kuat, dan pasar tenaga kerja yang kuat telah meningkatkan kepercayaan pada ekspansi ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini memicu permintaan untuk imbal hasil obligasi jangka panjang yang lebih tinggi, karena investor menyesuaikan diri dengan risiko inflasi yang akan naik.

Lalu, berkurangnya ekspektasi pemangkasan suku bunga agresif oleh Federal Reserve juga semakin mendukung kenaikan imbal hasil.

Imbal hasil Treasury 30 tahun melonjak ke 4,87%, tertinggi dalam lebih dari setahun, di tengah kekhawatiran tentang beban utang AS dan defisit fiskal. Pedagang juga bersiap untuk lelang Treasury 10 dan 30 tahun pada hari Selasa dan Rabu. (Trading Economics)

Ulasan

  • Naiknya yield obligasi US Treasury, US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS serta kebijakan tarif yang tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Terpilih Donald Trump membuat investasi di AS jauh lebih menarik sehingga membuat investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
  • Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Ini menyebabkan harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar, tertekan dan turun. Nilai tukar Rupiah pun masih dalam tekanan. Demikian pula  harga-harga obligasi, yang ditandai dengan naiknya yield Surat Utang Negara.
  • Dot plot 2025 oleh US Fed memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, total 50 bps. Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, masih akan tinggi. Nilai rupiah juga berpotensi melemah. Harga-harga saham juga masih akan volatile.
  • Beberapa bank investasi terkemuka masih meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025, karena berbagai bank sentral masih akan melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa. Selain itu, ketegangan politik di Timur Tengah serta Eropa Timur juga belum mereda. 

Rekomendasi

  • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
  • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile