tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 8 Agustus 2024:
IMF Memproyeksikan Ekonomi Indonesia Akan Tumbuh 5,0% di 2024 dan 5,1% di 2025
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah gejolak eksternal dengan inflasi yang terjaga pada kisaran target yang ditetapkan, dan sektor keuangan yang resilien.
Kerangka kebijakan Indonesia yang berhati-hati baik di bidang moneter, fiskal, maupun keuangan dinilai IMF telah menciptakan fondasi yang kokoh untuk stabilitas makro dan kesejahteraan sosial.
Dalam laporannya, IMF memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi, yaitu 5.0% dan 5.1% di tahun 2024 dan 2025.
Di tengah beberapa risiko yang perlu diwaspadai seperti volatilitas harga komoditas, perlambatan pertumbuhan negara mitra dagang utama, dan spillover akibat kondisi high-for-longer pada keuangan global. (Bank Indonesia)
Harga Surat Utang Negara Menguat Lagi
Harga SUN ditutup menguat pada sesi perdagangan Kamis (8/8). Hal ini tercermin dari yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) yang turun sebesar 6 basis poin menjadi 6,59%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) yang turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,77%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp20.9 triliun Kamis (8/8), lebih tinggi dari hari sebelumnya yang Rp16.7 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,14 triliun. (BNI Sekuritas)
Rupiah Spot Ditutup Turun di Bawah Rp16.000 Kamis Kemarin
Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar ditutup menguat ke level Rp15.893 pada perdagangan Kamis (8/8). Mengutip data Bloomberg pukul 16.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,88% ke Rp15.893 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS turun 0,18% ke 103,160.
Beberapa mata uang Asia juga ditutup menguat, antara lain Yen Jepang menguat 0,35%, Singapore Dollar menguat 0,27%, Won Korea Selatan menguat 0,01%, Yuan China menguat 0,12%, Dolar Taiwan naik 0,81%, peso Filipina menguat 0,35% dan Ringgit Malaysia menguat 0,54%.
IHSG Terkoreksi Wajar Hari Kamis Kemarin
IHSG turun 17,01 poin atau -0,24% ke 7.195,12 dengan nilai transaksi sekitar Rp8,7 triliun. Investor asing melakukan net buy cukup besar sekitar Rp932 miliar sehingga sejak awal tahun 2024 investor net buy sekitar Rp975 miliar.
Penurunan IHSG karena investor melakukan profit taking dan juga karena bersikap menunggu data pengangguran di AS yang akan dirilis hari Kamis waktu setempat (Kamis malam WIB). (CNBC Indonesia)
Klaim Pengangguran Awal AS Turun Lebih dari yang Diperkirakan
Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS turun 17 ribu menjadi 230 ribu pada periode yang berakhir 3 Agustus lalu, di bawah ekspektasi pasar sebesar 240 ribu.
Angka ini mengikuti angka 250 ribu yang direvisi naik pada minggu sebelumnya, tertinggi dalam setahun. Meskipun terjadi penurunan ini, jumlah klaim tetap jauh di atas rata-rata tahun ini, karena pasar tenaga kerja AS telah melemah sejak puncaknya pascapandemi, meskipun secara historis masih ketat. (Trading Economics)
Nasdaq, S&P 500 Berakhir 2% Lebih Tinggi Setelah Rilis Data Pengangguran AS
Saham AS melonjak pada hari Kamis (8/8), dengan Nasdaq dan S&P 500 masing-masing berakhir lebih dari 2% lebih tinggi setelah klaim pengangguran turun lebih dari yang diperkirakan, sehingga meredakan kekhawatiran bahwa pasar tenaga kerja melemah terlalu cepat.
Dow Jones Industrial Average naik 1,76%, S&P 500 naik 2,30%, dan Nasdaq Composite naik 2,87%. Minggu yang lalu investor melakukan sell-off sebagai reaksi terhadap laporan pekerjaan AS bulan Juli yang memicu kekhawatiran akan potensi resesi AS. (Reuters)
Harga Emas Spot Naik Tajam Setelah Rilis Data Pengangguran AS
Emas menguat hingga sekitar USD2.400 per ons dari sekitar USD2.380 hari Kamis (8/8), menghentikan penurunan di hari-hari sebelumnya karena meredanya kekhawatiran terjadinya resesi di AS dan semakin tingginya ekspektasi pemotongan suku bunga USD di bulan September.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik logam mulia yang tidak berbunga seperti emas. Selain itu risiko eskalasi dalam konflik Timur Tengah terus mendukung momentum kenaikan untuk emas batangan.
Di tempat lain, data resmi yang dirilis pada hari Rabu (7/8) menunjukkan bahwa PBoC menahan diri untuk menambah cadangan emasnya untuk bulan ketiga di bulan Juli. (Trading Economics)
Ulasan
- Data pengangguran di AS yang dirilis hari Kamis kemarin yang di bawah ekspektasi pasar telah menurunkan kekhawatiran investor akan terjadinya resesi di AS.
- Pasar optimis bahwa suku bunga USD akan diturunkan pada bulan September mendatang. Namun volatilitas pasar saham masih akan tetap berlanjut karena penurunan kinerja emiten, tetapi yield obligasi terus menurun atau harga obligasi terus meningkat.
- Pasar saham Indonesia masih akan volatile di Q3-2024 tetapi sejatinya tidak setinggi volatilitas bursa efek utama dunia karena kinerja emiten yang masih baik, perbankan akan semakin membaik karena harapan suku bunga BI akan ikut turun setelah turunnya suku bunga USD.
- Harga obligasi Surat Utang Negara dan korporasi menunjiukkan kenaikan, ini tercermin di indeks obligasi Indobex (ICBI) yang terus sejak 3 minggu terakhir.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%, pertumbuhan ekonomi masih tinggi serta PMI Index yang masih ekspansif.
- Laporan Keuangan emiten-emiten Indonesia di Q2-2024 menunjukkan hasil yang baik, termasuk perbankan yang sempat turun cukup dalam di bulan Juni yang lalu.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain akan turunnya suku bunga USD juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang meningkat.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.


