tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG melemah tipis di tengah ketidakpastian pasar.
- Investor melepas SUN atau obligasi pemerintah di tengah kekhawatiran atas APBN.
- Rupiah dan mata uang regional Asia melemah karena menguatnya mata uang US Dollar.
- Harga emas naik, didukung data ketenagakerjaan AS.
- US Dollar Index dan yield US Treasury naik karena data ekonomi yang positif.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 8 Januari 2025.
IHSG Melemah Tipis di Tengah Ketidakpastian Pasar
Pada perdagangan Rabu (8/1/25), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,04% ke posisi 7.080,35.
Nilai transaksi IHSG tercatat sekitar Rp 9,38 triliun. Investor asing masih melakukan net sell sebesar Rp353 miliar. Hal ini menjadikan total net sell sejak awal tahun menjadi sebesar Rp2,77 triliun.
Sektor bahan baku dan industri menjadi penekan utama IHSG, sementara sektor energi menahan koreksi.
Saham-saham big caps yang menjadi penekan IHSG antara lain AMMN (-4,60%), TPIA (-2,55%), ASII (-2,24%), dan BRPT (-2,01%).
Sementara itu, saham-saham penahan koreksi antara lain BBCA (+1,57%), TLKM (+3,11%), dan BBRI (+1,24%).
Pasar masih wait and see, menunggu rilis data ekonomi global, terutama dari Amerika Serikat. Sejauh ini, data tenaga kerja AS menunjukkan kekuatannya dengan JOLTs Job Opening November bertambah 8,09 juta dan Job Quits per November bertambah 3,06 juta. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz, IDX)
Investor Melepas Obligasi Pemerintah di Tengah Kekhawatiran APBN
Investor terus melepas Surat Utang Negara (SUN) karena khawatir terhadap prospek fiskal Indonesia dan ketidakpastian pasar global.
Rabu (8/1/25) pagi kemarin, yield atau imbal hasil SUN hampir di semua tenor (jangka waktu) alami kenaikan. Hal ini mencerminkan adanya tekanan jual yang membuat harga obligasi negara melemah.
Terlebih, lelang SUN perdana yang digelar hari Selasa lalu sepi peminat, menunjukkan kurangnya keyakinan investor terhadap komitmen fiskal Pemerintah RI. Di pasar obligasi global, yield surat utang Pemerintah AS juga melonjak naik, mempengaruhi pergerakan surat utang di seluruh dunia.
Sentimen negatif ini berlanjut hingga lelang perdana SUN pada 7 Januari 2025, dengan nilai penawaran masuk yang rendah, hanya Rp31,65 triliun, menjadi yang terendah kedua dalam lima tahun terakhir.
Tak hanya itu, rasio bid-to-cover juga rendah, hanya 0,83 kali. Hal ini menunjukkan kebutuhan pendanaan yang tinggi dari Pemerintah RI.
Analis memperkirakan Pemerintah RI akan menerbitkan surat utang senilai Rp1.400 triliun untuk membiayai defisit anggaran sebesar 2,8% dari PDB. Jumlah ini lebih tinggi dari target APBN 2025 sebesar 2,53% dari PDB.
Pembengkakan jumlah kementerian dan lembaga negara di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga diperkirakan akan meningkatkan belanja negara pada 2025. (Bloomberg Technoz)
Harga Emas Naik Didukung Data Ketenagakerjaan AS
Rabu (8/1/25) kemarin, harga emas dunia naik, ditutup dengan harga USD2.661/troy ons di pasar spot.
Emas menguat sekitar 0,45% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara itu, nilai emas menguat tipis 0,12% selama seminggu terakhir, dan hampir flat selama sebulan terakhir.
Sentimen positif yang mendorong kenaikan emas datang dari data penciptaan lapangan kerja di sektor swasta AS, yang menunjukkan penambahan 122.000 lapangan kerja pada Desember 2024, meskipun ini merupakan angka terendah dalam empat bulan terakhir.
Rilis data ketenagakerjaan ini memunculkan harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan melonggarkan kebijakan moneternya lebih agresif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Apabila situasi terus memburuk, ada kemungkinan suku bunga acuan akan dipangkas lebih dari perkiraan sebelumnya.
Harga emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil cenderung lebih menarik saat suku bunga rendah. Dengan demikian, ekspektasi akan pemangkasan suku bunga semakin mendukung kenaikan harga emas. (Bloomberg Technoz)
Rupiah dan Mata Uang Regional Asia Melemah Karena Dolar AS Menguat
Pada perdagangan Rabu (8/1/25) kemarin, rupiah ditutup melemah 0,42% ke posisi Rp16.210,5/dolar AS.
Di saat yang sama, Indeks Dolar AS (US Dollar Index/DXY) naik 0,27% ke 108,83.
Tren pelemahan juga dialami oleh sejumlah mata uang Asia lainnya, seperti yen Jepang, dolar Singapura, dolar Taiwan, dan won Korea Selatan.
Pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri, termasuk data lowongan kerja dan purchasing manager index (PMI) yang kuat di AS. Kuatnya data-data ini memicu kekhawatiran inflasi tinggi dan mengurangi dorongan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2024 sebesar USD155,7 miliar, menjadi rekor terbesar sepanjang masa.
Kenaikan cadangan devisa disebabkan oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. (Bisnis)
Ulasan
- Naiknya yield obligasi US Treasury, US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS, serta kebijakan tarif yang tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Trump, membuat investasi di AS jauh lebih menarik. Alhasil, investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
- Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Hal ini membuat harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar tertekan dan turun.
- Tak hanya saham, nilai tukar rupiah juga masih dalam tekanan. Demikian pula halnya dengan harga-harga obligasi, yang ditandai dengan masih naiknya yield Surat Utang Negara.
- Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps.
- Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
- Beberapa bank investasi terkemuka meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025 karena berbagai bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa mereka. Selain itu, ketegangan politik juga masih belum mereda di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.