Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 9 Mei 2025

tanamduit Breakfast News: 9 Mei 2025

oleh | Mei 9, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Terpeleset Jelang Libur: Koreksi Sehat atau Sinyal Waspada?
  • Obligasi Negara Menguat di Tengah Penguatan Rupiah
  • Cadangan Devisa Anjlok, Penurunan Terbesar Sejak Mei 2023
  • Rupiah Menguat Elegan: Intervensi BI dan Sentimen Global Jadi Penopang
  • US Treasury Yield Melonjak: Kesepakatan Perdagangan AS-Inggris Picu Optimisme

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 8 Mei 2025.

data-market-update-9-mei-2025

IHSG Terpeleset Jelang Libur: Koreksi Sehat atau Sinyal Waspada?

Kamis (8/5/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal menembus level 7.000 dan ditutup melemah 1,42% ke posisi 6.827,75. Penurunan ini mengakhiri reli panjang IHSG sebulan terakhir, yang mencatat kenaikan lebih dari 13%.

Koreksi IHSG dipicu oleh aksi profit taking menjelang libur panjang, tekanan dari saham-saham big caps di sektor properti, barang baku, dan teknologi, serta sentimen domestik akibat penurunan cadangan devisa Indonesia sebesar US$4,6 miliar, menjadi US$152,5 miliar per April.

Pelemahan rupiah, yang sempat menyentuh Rp16.957 per Dolar AS, turut memperberat pergerakan pasar.

Meski demikian, sentimen global tetap positif. Bursa Asia mayoritas menguat dan kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga di 4,5% mencerminkan stabilitas.

Namun, pernyataan Jerome Powell tentang ketidakpastian perdagangan dan risiko fragmentasi akibat perang dagang AS-Tiongkok memicu kewaspadaan pelaku pasar.

Analis menilai koreksi ini sebagai langkah sehat setelah IHSG mencapai kondisi extremely overbought, dengan potensi pemulihan seiring prospek ekspor yang terjaga dan persepsi positif terhadap ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia menegaskan bahwa cadangan devisa masih memadai untuk menjaga ketahanan eksternal, didukung oleh surplus neraca transaksi dan imbal hasil investasi yang menarik.

Meski hari ini IHSG tertekan, para ahli seperti Maximilianus Nico Demus dan Nafan Aji Gusta optimis bahwa sentimen positif masih mendominasi, dengan koreksi ini membuka peluang bagi kenaikan berikutnya.

Investor disarankan memantau dinamika perdagangan global dan nilai tukar untuk mengantisipasi volatilitas jangka pendek. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Obligasi Negara Menguat di Tengah Penguatan Rupiah

Harga Surat Utang Negara (SUN) naik pada perdagangan Kamis (8/5/2025), dengan imbal hasil (yield) SUN Benchmark 5-tahun turun 3 basis poin ke 6,52% dan 10-tahun turun 2 basis poin ke 6,83%.

Volume transaksi SBN mencapai Rp20,9 triliun, didominasi seri FR0103 dan FR0104. Sementara itu, obligasi korporasi mencatatkan transaksi Rp2,7 triliun.

Penguatan rupiah sebesar 0,21% ke Rp16.502 per dolar AS turut mendukung sentimen positif di pasar obligasi domestik.

Namun, sentimen global kurang mendukung akibat kenaikan imbal hasil US Treasury. Imbal hasil UST 5-tahun naik ke 4,00%, sementara UST 10-tahun naik ke 4,37%, mencerminkan optimisme perdagangan global.

Meski demikian, penurunan Credit Default Swap Indonesia ke 91 basis poin menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.

Dengan yield SBN yang stabil, investor dapat mempertimbangkan SBN sebagai opsi investasi yang menarik di tengah dinamika pasar global dan domestik. (BNI Sekuritas)

Cadangan Devisa Anjlok, Penurunan Terbesar Sejak Mei 2023

Cadangan devisa (cadev) Indonesia merosot tajam sebesar US$4,6 miliar pada April 2025, menjadi US$152,5 miliar, terendah sejak November 2024.

Penurunan ini merupakan yang terbesar sejak Mei 2023, dipicu oleh mahalnya biaya intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menahan pelemahan rupiah, yang sempat menyentuh Rp16.957 per dolar AS, level terlemah sepanjang sejarah.

Arus keluar modal asing lebih dari Rp60 triliun dari saham dan Sekuritas Rupiah BI, ditambah kebijakan tarif AS, memperparah tekanan pada rupiah. Hal ini memaksa BI melakukan intervensi di pasar valas domestik hingga offshore.

Fundamental ekonomi Indonesia yang lemah, ditandai dengan defisit kembar (transaksi berjalan -0,63% PDB dan fiskal -0,43% PDB), membuat rupiah rentan terhadap guncangan global.

Penerimaan pajak yang anjlok 42,9% pada April, hanya mencapai Rp126,36 triliun, meningkatkan risiko defisit fiskal membengkak hingga -3,5% PDB jika belanja pemerintah tetap tinggi.

Kebijakan wajib 100% Devisa Hasil Ekspor (DHE) gagal menambah pasokan valas signifikan, dengan dana stagnan di US$2,5-3 miliar, memperumit upaya stabilisasi rupiah.

Ke depan, rupiah berpotensi menghadapi turbulensi lebih lanjut akibat musim pembayaran dividen, utang luar negeri yang jatuh tempo, dan permintaan valas untuk musim haji.

Meski rupiah menguat tipis 0,24% ke Rp16.497 per dolar AS pada Kamis (8/5/2025), BI menegaskan akan terus menjaga likuiditas valas.

Namun, dengan fundamental ekonomi yang rapuh dan ancaman defisit kembar, investor perlu waspada terhadap volatilitas pasar, sementara BI dihadapkan pada tantangan berat menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global. (Bloomberg Technoz)

Rupiah Menguat Elegan: Intervensi BI dan Sentimen Global Jadi Penopang

Rupiah menunjukkan performa perkasa, ditutup menguat 0,21% ke level Rp16.502 per dolar AS pada Kamis (8/5/2025), meskipun indeks dolar AS naik 0,36.

Penguatan ini terjadi di tengah variasi kinerja mata uang Asia lainnya. Dalam hal ini, rupee India dan baht Thailand menunjukkan penguatan. Sementara itu, yen Jepang dan ringgit Malaysia melemah.

Faktor utama penguatan rupiah adalah intervensi aktif Bank Indonesia melalui pasar valas, repo, dan obligasi. Selain itu, penggunaan cadangan devisa untuk membayar utang luar negeri juga membantu menstabilkan nilai tukar.

Sentimen global juga turut mendukung, dengan The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25-4,5% dan menyuarakan kehati-hatian terhadap inflasi serta ketidakpastian akibat perang dagang AS-China.

Pernyataan Jerome Powell tentang risiko inflasi dan pengangguran akibat tarif tinggi, serta rencana pertemuan pejabat AS-China pada 10 Mei untuk meredakan ketegangan perdagangan, memberikan optimisme pasar.

Meski Donald Trump menegaskan tidak akan memangkas tarif 145% terhadap China, langkah negosiasi ini memperkuat sentimen positif, mendorong rupiah untuk bersinar di antara mata uang Asia lainnya. (Bisnis)

Emas Merosot di Tengah Sikap Hati-hati The Fed

Harga emas melanjutkan penurunan ke sekitar $3.330 per ons pada Kamis (8/5/2025), tertekan oleh sikap hati-hati Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga di 4,25-4,50%.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan tidak ada rencana pemotongan suku bunga untuk merespons dampak tarif, sambil memperingatkan risiko inflasi dan pengangguran yang meningkat.

Hal ini mengurangi daya tarik emas, yang tidak memberikan imbal hasil, bagi investor yang mencari keuntungan dari suku bunga tinggi.

Meski demikian, ketidakpastian dari perang dagang AS-Tiongkok membantu membatasi penurunan harga emas lebih lanjut.

Presiden Trump menolak mengurangi tarif 145% terhadap Tiongkok menjelang pembicaraan di Swiss, menurunkan harapan akan kemajuan negosiasi. Situasi ini mempertahankan posisi emas sebagai aset safe haven, meskipun tekanan dari kebijakan The Fed tetap mendominasi pergerakan harga di pasar. (Trading Economics)

US Treasury Yield Melonjak, Kesepakatan Perdagangan AS-Inggris Picu Optimisme

Kamis (8/5/2025), imbal hasil obligasi AS melonjak ke level tertinggi dalam beberapa minggu, didorong oleh kesepakatan perdagangan AS-Inggris yang mencakup penurunan tarif untuk mobil, baja, dan daging sapi, membuka peluang ekspor baru senilai $5 miliar.

Kesepakatan ini memicu harapan bahwa ketegangan perdagangan global yang dipicu tarif Trump akan mereda.

Alhasil, investor terdorong untuk meninggalkan obligasi pemerintah yang aman dan beralih ke saham yang lebih berisiko. Oleh karena itu, imbal hasil obligasi 10-tahun naik ke 4,375% dan 2-tahun ke 3,888%.

Sikap hati-hati The Fed yang mempertahankan suku bunga di 4,25-4,50% dan peringatan Jerome Powell tentang risiko inflasi tidak meredam antusiasme pasar.

Prospek lebih banyak kesepakatan perdagangan, ditambah data pengangguran yang lebih baik dari perkiraan, memperkuat keyakinan akan ketahanan ekonomi AS.

Meski lelang obligasi 30-tahun menunjukkan permintaan lemah dengan imbal hasil 4,812%, sentimen positif dari perdagangan global tetap mendominasi, mendorong kenaikan US Treasury yield di tengah gelombang optimisme pasar. (Reuters)

Faktor yang Perlu Diperhatikan:

  • Pasar keuangan di Mei 2025 dipengaruhi oleh dinamika global dan domestik. Secara global, The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25-4,50%, dengan proyeksi penurunan bertahap hingga 3,75% akhir 2025, mendorong imbal hasil US Treasury 10-tahun ke 4,375% akibat optimisme perdagangan AS-Inggris. Namun, ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan tarif 145% menambah ketidakpastian, memengaruhi harga emas yang turun ke $3.330 per ons, meski tetap didukung sebagai safe haven.
  • Di dalam negeri, pelemahan rupiah ke Rp16.502 per dolar AS, penurunan cadangan devisa US$4,6 miliar, dan defisit kembar (transaksi berjalan -0,63% PDB, fiskal -0,43% PDB) menekan IHSG (turun 1,42% ke 6.827,75). SBN tetap menarik dengan yield 5-tahun di 6,55%, didukung sentimen obligasi global.

Rekomendasi Investasi:

1. Reksa Dana

  • Investor agresif dapat mengalokasikan 50%-60% ke reksa dana saham (fokus large-cap seperti bank dan FMCG), 30% ke pendapatan tetap, dan 10% ke emas untuk diversifikasi, memanfaatkan potensi pertumbuhan ekuitas di tengah volatilitas.
  • Investor konservatif disarankan memilih reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap jangka pendek (60% obligasi, 30% saham stabil, 10% emas) untuk stabilitas, dengan opsi seperti total market bond index funds berbiaya rendah.

    2. Emas

    • Alokasikan 5-10% portofolio ke emas untuk lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik, dengan potensi kenaikan ke $3.700 per ons jika suku bunga turun.

    3. SBN

    • Volatilitas masih akan terjadi, pilihan yang tepat adalah SBN jangka pendek yang less volatile.
    • SBN SR022 yang akan ditawarkan pada tanggal 16 Mei 2025 dengan potensi jangka waktu 3 dan 5 tahun menjadi pilihan yang tepat.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

     

     

     

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile