tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG turun 0,65% tertekan sentimen global, hampir seluruh sektor terkoreksi, dipimpin energi dan bahan baku, sementara asing masih mencatat net buy kecil Rp281 miliar.
- Yield SUN turun ringan dengan transaksi pasar ramai Rp30,9 triliun; lelang SUN mencatat incoming bid tinggi Rp78,9 triliun, menunjukkan permintaan kuat.
- Harga emas rebound naik 0,8% ke US$4.076/oz, ditopang pelemahan dolar dan data ekonomi AS yang membuka peluang pemangkasan suku bunga.
- Wall Street terkoreksi, teknologi tertekan, Dow dan Nasdaq turun lebih dari 1% karena aksi jual di big tech menjelang laporan kinerja, yield UST melemah tipis dan DXY stabil.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 19 November 2025.
IHSG Terkoreksi, Asing Masih Masuk Pelan
IHSG pada Selasa, 18 November 2025 ditutup turun 0,65% ke 8.361,9, sejalan dengan pelemahan hampir semua indeks utama: LQ45 −0,76%, SRI Kehati −0,79%, IDX30 −1,00%, dan Bisnis27 −0,93%, ISSI yang turun lebih ringan −0,71%. Tekanan terutama datang dari 10 dari 11 sektor yang melemah, dengan sektor energi, barang baku, dan konsumer non-primer memimpin penurunan, sementara properti menjadi satu-satunya sektor yang menguat. Nilai transaksi saham sekitar Rp19,7 triliun dengan lebih banyak saham turun dibandingkan naik, mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati mengikuti koreksi bursa global dan kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia.
Indeks LQ45 tertekan oleh penurunan tajam emiten energi dan tambang seperti AADI, INCO, dan BRPT yang tercatat sebagai top losers, sementara hanya beberapa nama konsumer dan distribusi seperti AKRA, CPIN, dan SCMA yang masih mampu menguat dan membatasi tekanan indeks. Di balik koreksi harga, investor asing justru masih mencatat net buy sekitar Rp281 miliar pada perdagangan hari itu, melanjutkan tren masuk pelan-pelan ke pasar Indonesia meski secara YTD masih net sell cukup besar.
Arus beli asing ini menandakan persepsi risiko Indonesia mulai membaik di mata investor global, tetapi karena skalanya masih terbatas dan fokus pada saham-saham tertentu, pasar secara keseluruhan tetap sensitif terhadap berita eksternal seperti arah suku bunga The Fed, pergerakan yield US Treasury, dan stabilitas Rupiah. (Kontan, Katadata, IDX)
SUN Menguat Ringan Didukung Lelang Besar
Pada 18 November 2025, SUN menguat tipis dengan yield 10Y turun ke 6,16%, tercermin dari kenaikan kecil pada Indobex (+0,02%). Aktivitas pasar cukup ramai, dengan transaksi SBN Rp30,9 triliun, didominasi FR0104 dan FR0103. Sentimen positif datang dari pasar global yang stabil dan Rupiah yang hanya melemah tipis ke Rp16.751/US$.
Lelang SUN juga kuat, incoming bid Rp78,9 triliun dan awarded Rp28 triliun, menunjukkan permintaan domestik solid meski sedikit di bawah lelang sebelumnya. Pergerakan yield dan kuatnya minat lelang mengindikasikan tidak ada tekanan jual signifikan dari asing, dengan pasar lebih digerakkan oleh investor domestik dan ekspektasi penurunan suku bunga global. (BNI Sekuritas, PHEI)
Emas Naik Lagi dari Level Rendah Pekan Lalu
Pada Selasa, 18 November 2025, harga emas XAU naik sekitar 0,8% ke kisaran US$4.076/oz, bangkit dari pelemahan beberapa hari sebelumnya; secara year-to-date gain emas masih sangat besar sekitar +55%. Kenaikan ini sejalan dengan laporan pasar yang mencatat harga emas global naik dari level terendah sepekan setelah dolar AS sedikit melemah dan data tenaga kerja AS melemah, sehingga pelaku pasar kembali meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed di Desember dan mencari aset aman. Dalam jangka pendek, analis melihat pergerakan emas masih akan volatil mengikuti berita data ekonomi dan komentar pejabat The Fed, tetapi biasnya cenderung masih positif. Beberapa riset yang dirangkum media keuangan menilai tren kenaikan didukung kombinasi permintaan bank sentral yang tinggi, ketidakpastian geopolitik, dan prospek suku bunga global yang mulai turun, dengan proyeksi rata-rata harga emas tahun depan tetap di area sekitar US$4.000/oz. (Investing, Trading Economics)
Wall Street Melemah, Teknologi Tertekan
Pada 18 November 2025, Wall Street kembali turun: Dow Jones −1,07% dan Nasdaq −1,21%, terutama karena aksi jual di saham teknologi menjelang rilis kinerja Nvidia serta laporan Home Depot yang lemah, sehingga memicu kekhawatiran melambatnya belanja konsumen AS. Koreksi ini dinilai lebih bersifat teknikal/valuasi, bukan perubahan fundamental besar.
Di pasar obligasi, yield US Treasury 10Y turun tipis ke 4,12%, menandakan aliran dana defensif saat saham melemah. DXY stabil di sekitar 99,6, menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pada ekspektasi suku bunga The Fed, dengan pasar masih menunggu data inflasi berikutnya. (Reuters, Investing)
Bagi Indonesia, kondisi ini biasanya membuat IHSG bergerak hati-hati, terutama sektor teknologi dan siklikal. Namun, yield UST yang turun mendukung minat pada SUN, sementara DXY yang stabil membantu meredam tekanan ke Rupiah. Secara keseluruhan, dampaknya moderat dan lebih ke sentimen jangka pendek.
Factors to Watch
- Dalam waktu dekat, pasar akan fokus pada rilis data ekonomi AS—terutama inflasi dan tenaga kerja—yang akan menentukan arah suku bunga The Fed dan sentimen risiko global.
- Pergerakan yield US Treasury dan indeks DXY juga menjadi kunci karena sangat mempengaruhi arus modal ke emerging markets.
- Dari sisi domestik, investor perlu mencermati stabilitas Rupiah, rilis inflasi Indonesia, serta arus dana asing di saham dan SBN.
- Selain itu, perubahan harga komoditas global, khususnya emas dan minyak, akan ikut membentuk arah sektor-sektor utama di IHSG.
Tips Investasi
- Reksa Dana
- Dalam kondisi volatil namun tanpa tekanan fundamental besar, reksa dana saham dan campuran masih menarik untuk jangka menengah, didukung valuasi yang relatif sehat dan potensi window dressing menjelang akhir tahun.
- Untuk stabilitas portofolio, alokasikan sebagian ke reksa dana pendapatan tetap/SBN, terutama tenor menengah, karena yield SUN tetap kompetitif dan didukung sentimen global yang mulai kondusif.
- Strategi DCA dianjurkan untuk menjaga konsistensi masuk di tengah fluktuasi.
- Emas
- Untuk investor emas, tren menengah masih positif berkat ekspektasi penurunan suku bunga global dan permintaan bank sentral yang solid.
- Namun dalam jangka pendek, harga emas bisa berfluktuasi mengikuti pergerakan dolar dan yield UST, sehingga emas lebih ideal sebagai instrumen diversifikasi dan lindung nilai, bukan aset utama untuk trading jangka pendek.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
⚠ Sebelum melakukan keputusan investasi, investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko pribadi dan mempelajari produk-produk investasi, terutama mengenai potensi risiko yang mungkin akan dihadapi oleh masing-masing produk.
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh tanamduit, sebuah group usaha yang terdiri dari PT Mercato Digital Asia (induk Perusahaan), PT Star Mercato Capitale yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018. PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas.
Segala informasi yang dipublikasikan pada situs dan/atau aplikasi tanamduit hanya bertujuan untuk informasi dan bukan sebagai saran, rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual suatu produk investasi tertentu yang terdapat dalam situs dan/atau aplikasi ini. Setiap analisa proyeksi, ataupun pernyataan yang merupakan prediksi suatu produk investasi di masa datang bukan merupakan indikasi kinerja masa yang akan datang. Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan suatu pedoman untuk kinerja masa datang.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. tanamduit berusaha dengan itikad baik untuk memberikan informasi yang akurat, namun tidak menjamin bahwa informasi yang diambil dari berbagai sumber adalah tanpa adanya kesalahan, kelalaian, ketidakakuratan teknis atau faktual ataupun kesalahan ketik. Informasi yang tersedia dalam situs dan/atau aplikasi ini bukan sebagai informasi yang mengikat namun semata-mata hanya sebagai informasi tambahan dan pelengkap.


