tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG cetak rekor baru didorong konsumer–energi, dengan asing kembali net buy besar.
- Yield SUN naik tipis (harga turun) secara teknikal meski fundamental fiskal tetap solid.
- Emas XAU terkoreksi ringan akibat profit-taking, tetapi tren jangka panjang tetap bullish.
- Bursa AS melemah dipimpin saham teknologi, sementara yield UST turun dan DXY stabil.
- Factors to Watch: fokus pada arah The Fed, pergerakan Rupiah, arus asing, dan harga komoditas.
- Rekomendasi Investasi: Reksa dana: prioritaskan RD saham–campuran dengan DCA; emas: tetap untuk diversifikasi dan “buy on dips”.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 21 November 2025.
IHSG Cetak Rekor Baru, Asing Tetap Masuk
Pada 20 November 2025, IHSG naik 0,16% ke 8.419,9, menjadi level penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Nilai transaksi mencapai Rp19,6 triliun, dengan penguatan dipimpin saham-saham konsumer non-primer, energi, dan infrastruktur, sementara sebagian indeks lain (LQ45, IDX30) melemah tipis sehingga reli bersifat selektif.
Investor asing mencatat net buy Rp1,27 triliun, melanjutkan arus masuk ke saham perbankan besar serta beberapa emiten konsumer dan energi—sejalan dengan pola pembelian yang terlihat dalam beberapa hari terakhir. Akumulasi ini turut menekan posisi net sell YTD asing menjadi sekitar Rp30,5 triliun.
Prospek jangka pendek masih positif selama Rupiah stabil dan sentimen global tidak terganggu oleh kenaikan yield UST atau penguatan tajam dolar. Namun, karena IHSG sudah berada di level rekor, risiko profit-taking tetap tinggi sehingga pergerakan ke depan diperkirakan lebih volatil. (Bloomberg Technoz, Kontan)
SUN Melemah Tipis, Didukung Fundamental Fiskal yang Tetap Solid
Pada 20 November 2025, SUN melemah tipis dengan yield 10Y naik sedikit ke 6,17% (+3 bps), mengikuti pelemahan Rupiah dan normalisasi setelah penguatan sebelumnya. Kenaikan yield ini bersifat teknikal, bukan perubahan fundamental, karena sentimen global stabil dan pergerakan UST relatif tenang.
Transaksi SBN Rp16,2 triliun, dengan FR0103 dan FR0109 paling aktif. Tidak tampak tekanan jual besar dari asing, pasar lebih digerakkan investor domestik. Dari sisi fiskal, APBN masih kuat dengan SiLPA Rp53,2 triliun, sehingga kebutuhan penerbitan SBN tetap rendah. Prospek jangka pendek stabil, sementara peluang penurunan yield tetap terbuka jika The Fed mulai melunak dan Rupiah kembali tenang. (PHEI, BNI Sekuritas, Bloomberg)
Emas Sedikit Terkoreksi, Tren Besar Tetap Positif
Harga emas XAU pada 20 November 2025 turun tipis −0,06% ke US$4.079/oz, terutama karena profit-taking setelah reli kuat di pekan sebelumnya. Reuters dan Investing.com melaporkan bahwa pergerakan ini bersifat konsolidasi jangka pendek, dipicu dolar AS yang sedikit menguat serta pasar yang menunggu sinyal lebih jelas dari The Fed.
Dalam jangka pendek, analis di Reuters, Investing, dan Trading Economics menilai volatilitas masih mungkin terjadi, namun tren besar emas tetap bullish berkat ekspektasi penurunan suku bunga 2026, pembelian bank sentral, dan sentimen geopolitik. Bias umum pasar masih buy on dips, selama harga bertahan di area US$4.050–4.080.
Saham Teknologi AS Melemah, Yield US Treasury Turun, dan Indeks Dollar DXY Relatif Stabil
Wall Street Melemah, Teknologi Jadi Penekan. Pada 20 November 2025, Dow Jones turun 0,84% dan Nasdaq jatuh 2,15%, terutama karena aksi jual di saham teknologi besar seperti Nvidia, Apple, dan Tesla. Sentimen melemah setelah prospek sektor chip dianggap terlalu optimistis dan valuasi dinilai sudah mahal, ditambah data ekonomi AS yang menunjukkan tanda perlambatan. (Reuters, Trading Economics)
Yield UST Turun, Dolar Relatif Stabil. Yield US Treasury 10Y turun ke 4,09% karena investor beralih ke aset aman ketika saham teknologi terkoreksi, sementara DXY bergerak datar di sekitar 100. Pergerakan ini lebih bersifat teknikal, dipicu penyesuaian ekspektasi suku bunga The Fed yang masih menunggu bukti inflasi melandai. (Reuters, TradingView)
Dampak ke Indonesia. Untuk Indonesia, tekanan Nasdaq dapat membuat IHSG lebih berhati-hati, terutama sektor teknologi dan siklikal. Namun penurunan yield UST mendukung pasar SBN, sedangkan DXY yang stabil membuat Rupiah tidak terlalu tertekan. Sentimen jangka pendek cenderung mixed, menunggu arah baru dari data ekonomi AS dan The Fed.
Factors to Watch
- Dalam beberapa hari ke depan, investor perlu mencermati arah kebijakan The Fed (risalah rapat, komentar pejabat, dan data inflasi/tenaga kerja AS) karena ini yang menggerakkan yield UST, dolar (DXY), dan selera risiko global.
- Dari dalam negeri, perhatikan pergerakan Rupiah, hasil lelang SUN, serta arus dana asing di IHSG dan SBN—kalau asing konsisten net buy sementara Rupiah relatif stabil, risiko Indonesia cenderung turun.
- Selain itu, pantau juga harga komoditas utama (emas, minyak, batu bara) dan rilis kinerja emiten besar perbankan, konsumer, dan komoditas karena akan sangat mempengaruhi indeks-indeks utama di BEI.
Tips Investasi
- Reksa Dana
- Untuk investor reksa dana, fokuskan porsi pertumbuhan pada reksa dana saham dan campuran yang berbasis blue-chip perbankan, konsumer, dan sektor defensif, sambil tetap menyimpan sebagian di reksa dana pendapatan tetap/SBN untuk meredam volatilitas.
- Lakukan pembelian bertahap (DCA) agar tidak terlalu sensitif terhadap fluktuasi harian.
- Emas
- Untuk emas, tren jangka menengah–panjang masih konstruktif sehingga emas layak dipertahankan sebagai aset lindung nilai, namun porsinya cukup 5–15% dari total portofolio.
- Manfaatkan koreksi harga sebagai momen “buy on dips”, sambil menyadari bahwa pergerakan harian emas akan tetap dipengaruhi berita suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
⚠ Sebelum melakukan keputusan investasi, investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko pribadi dan mempelajari produk-produk investasi, terutama mengenai potensi risiko yang mungkin akan dihadapi oleh masing-masing produk.
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh tanamduit, sebuah group usaha yang terdiri dari PT Mercato Digital Asia (induk Perusahaan), PT Star Mercato Capitale yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018. PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas.
Segala informasi yang dipublikasikan pada situs dan/atau aplikasi tanamduit hanya bertujuan untuk informasi dan bukan sebagai saran, rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual suatu produk investasi tertentu yang terdapat dalam situs dan/atau aplikasi ini. Setiap analisa proyeksi, ataupun pernyataan yang merupakan prediksi suatu produk investasi di masa datang bukan merupakan indikasi kinerja masa yang akan datang. Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan suatu pedoman untuk kinerja masa datang.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. tanamduit berusaha dengan itikad baik untuk memberikan informasi yang akurat, namun tidak menjamin bahwa informasi yang diambil dari berbagai sumber adalah tanpa adanya kesalahan, kelalaian, ketidakakuratan teknis atau faktual ataupun kesalahan ketik. Informasi yang tersedia dalam situs dan/atau aplikasi ini bukan sebagai informasi yang mengikat namun semata-mata hanya sebagai informasi tambahan dan pelengkap.


