tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik +0,91% ke 8.166,22, asing balik beli besar ±Rp3,8 T terutama perbankan dan saham indeks.
- SUN Stabil, Transaksi Tinggi – Yield SUN 10Y nyaris datar di 6,07%, tapi nilai transaksi naik ke ±Rp31,5 T karena penyesuaian portofolio jelang FOMC.
- Emas Konsolidasi di Level Tinggi – XAU bergerak flat di ±USD3.953, tapi masih +50,7% YTD, pasar sudah price-in penurunan Fed.
- Fed Potong 25 bps, Nada Masih Hati-Hati – saham AS naik tipis, UST & DXY ikut menguat, dampak ke Indonesia: positif terbatas untuk saham, SUN, dan Rupiah.
- Factors to Watch dan Rekomendasi – Pantau Fed–BI, inflasi, Rupiah, dan rilis kinerja emiten. Reksa dana saham/campuran masih menarik, sisakan di pendapatan tetap; emas tetap layak sebagai hedge.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 30 Oktober 2025.

Asing Borong Blue-Chip, IHSG Bangkit Lagi
IHSG pada Rabu, 29 Oktober 2025 menguat 0,91% ke 8.166,22 setelah sehari sebelumnya sempat lesu di area 8.092,63. Kenaikan ini dibarengi perbaikan di hampir semua indeks utama: LQ45 +1,71%, SRI Kehati +1,78%, IDX30 +1,63%, Bisnis 27 +1,32%, dan ISSI +0,48%. Artinya, bukan cuma saham kecil yang bergerak, tapi memang terjadi rotasi ke saham-saham besar dan likuid. Nilai transaksi tercatat sekitar Rp22,7 triliun, yang menunjukkan minat beli kembali tebal di pasar.
Yang paling mencolok adalah investor asing tiba-tiba berbalik jadi pembeli besar dengan net buy sekitar Rp3,8 triliun. Ini menarik karena secara YTD asing masih net sell besar (sekitar –Rp43,7 triliun), jadi hari itu seperti “pembalikan napas” asing. Faktor pendorongnya adalah kombinasi: (1) ekspektasi The Fed di FOMC akan tetap dovish (kecenderungan bunga turun), belum agresif lagi sehingga risk appetite ke emerging market membaik, (2) BI masih di mode suportif dan rupiah relatif stabil, (3) valuasi beberapa blue-chip Indonesia sudah turun 1–2 pekan sebelumnya sehingga jadi entry point yang tepat untuk dana asing. Investor asing umumnya masuk ke bursa jika ada kesempatan untuk membeli saham dalam nilai dan volume besar, dan hari itu likuiditasnya memang ada.
Saham-saham yang jadi pendorong dan diborong asing adalah nama-nama langganan indeks: perbankan besar (BBCA, BBRI, BMRI, BBNI) karena likuid dan paling cepat dirasakan kalau makro stabil; lalu saham pertambangan (ADRO, MDKA, BRMS) yang masuk LQ45/IDX30—tercermin dari lonjakan di LQ45 dan IDX30-nya. Index SRI Kehati dan Bisnis 27 yang juga naik tajam mengindikasikan saham-saham berfundamental dan ber-ESG baik pun ikut ditarik. Jadi, gambar besarnya: hari itu pasar didorong oleh “foreign-led blue-chip rally.” (IDX, CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Pasar SUN Stabil, Transaksi Meningkat
Pasar Surat Utang Negara (SUN) pada Rabu, 29 Oktober 2025 bergerak stabil. Yield SUN 10 tahun hanya naik tipis ke 6,0717%, sama halnya dengan tenor 3 tahun dan 1 tahun. Kenaikan yang sangat kecil ini membuat Indobex Composite dan Indobex Government masih bisa menguat sedikit ke 438,73 dan 428,78. Kondisi ini menunjukkan pelaku pasar masih menunggu hasil rapat The Fed/FOMC, sementara faktor dalam negeri seperti inflasi dan kebijakan BI masih mendukung.
Meski pergerakan harga terbatas, aktivitas perdagangan justru naik. Nilai transaksi tercatat sekitar Rp31,5 triliun, lebih tinggi dibanding hari-hari sebelumnya. Kenaikan transaksi ini terkait penyesuaian portofolio oleh investor institusi menjelang keputusan bank sentral AS, sekaligus memanfaatkan level yield yang sudah turun cukup besar sepanjang tahun. (PHEI/IBPA)
Emas Global Bertahan di Level Tinggi
Harga emas (XAU) pada Rabu, 29 Oktober 2025 bergerak nyaris flat di sekitar 3.952,9 atau naik hanya 0,01% dibanding sehari sebelumnya. Pergerakan yang sangat tipis ini menunjukkan pasar emas sudah lebih dulu mem-price-in penurunan suku bunga The Fed sehingga keputusan bank sentral AS itu tidak lagi menjadi katalis baru. Sejumlah laporan pasar dari Reuters, Investing.com, dan Trading Economics juga mencatat bahwa pelaku pasar saat ini lebih fokus pada arah dolar AS dan imbal hasil obligasi AS jangka panjang, bukan pada pemotongan bunga yang sudah diperkirakan sebelumnya.
Meski secara harian pergerakan harga datar, namun sejak awal tahun emas XAU masih mencatat lonjakan yang sangat besar, sekitar +50,7% YTD, menandakan permintaan safe haven dan lindung nilai tetap kuat sepanjang 2025, baik karena ketidakpastian geopolitik maupun perkiraan penurunan suku bunga global yang membuat opportunity cost memegang emas lebih rendah. Jadi, 29 Oktober itu bisa dibaca sebagai fase konsolidasi di level tinggi, bukan tanda pelemahan tren. (Reuters, Investing.com, Trading Economics)
The Fed Turunkan Suku Bunga, Pasar Global Bergerak Hati-Hati
Federal Reserve pada Rabu, 29 Oktober 2025, menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 3,75%–4,00%, sesuai ekspektasi pasar. Dalam konferensi persnya, Jerome Powell menyampaikan bahwa langkah ini dilakukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah pelemahan pasar tenaga kerja, namun menegaskan pemangkasan berikutnya tidak dijamin karena data ekonomi utama masih terbatas akibat penutupan sebagian pemerintah AS. Powell menegaskan The Fed akan tetap bergantung pada data, dan inflasi masih perlu dikendalikan. Reaksi pasar AS beragam, S&P 500 dan Nasdaq ditutup menguat tipis ke rekor tertinggi, sementara yield US Treasury 10 tahun naik sekitar 7 bps ke 4,05%, dan indeks DXY menguat tipis ke kisaran 99,2 karena pernyataan Powell bernada lebih hati-hati dari yang diharapkan. (Reuters, Investing.com, Trading Economics)
Bagi pasar keuangan Indonesia, keputusan The Fed ini membawa dampak relatif positif namun terbatas. Penurunan suku bunga AS menurunkan tekanan terhadap arus modal keluar dan memberi ruang bagi IHSG untuk melanjutkan tren “risk-on”, terutama di saham-saham big cap dan berorientasi domestik. Di sisi obligasi, SUN berpotensi menguat karena yield global mulai melandai, meski kenaikannya bisa tertahan oleh pergerakan yield UST yang masih tinggi. Untuk Rupiah, dampaknya diperkirakan stabil—tidak terlalu menguat, tapi juga tidak tertekan—selama DXY tidak kembali menanjak. Secara keseluruhan, pemangkasan Fed kali ini lebih dipandang pasar sebagai langkah hati-hati, bukan awal pelonggaran agresif.
Factors to Watch:
- Investor perlu mencermati arah kebijakan The Fed dan Bank Indonesia dalam beberapa minggu ke depan, terutama sinyal kelanjutan pemangkasan suku bunga global yang dapat mempengaruhi arus modal ke pasar emerging.
- Selain itu, data inflasi AS dan Indonesia, perkembangan nilai tukar Rupiah, serta laporan keuangan emiten kuartal III/2025 menjadi katalis penting yang menentukan arah IHSG dan yield SUN.
- Dari sisi eksternal, dinamika geopolitik Timur Tengah dan tren harga komoditas dunia, terutama minyak dan emas, juga patut dipantau karena berpengaruh pada sentimen risiko global.
Tips Investasi
- Untuk investor reksa dana, momentum saat ini masih kondusif bagi reksa dana saham dan campuran karena potensi window dressing dan aliran dana asing yang mulai kembali ke pasar domestik. Namun, penempatan sebagian dana di reksa dana pendapatan tetap tetap disarankan untuk menjaga kestabilan portofolio menghadapi volatilitas global.
- Sementara bagi investor emas, tren jangka menengah masih positif dengan potensi penguatan lanjutan di atas USD 3.900, sehingga emas tetap layak sebagai aset lindung nilai, terutama bila ketidakpastian ekonomi global meningkat menjelang akhir tahun.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
⚠ Sebelum melakukan keputusan investasi, investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko pribadi dan mempelajari produk-produk investasi, terutama mengenai potensi risiko yang mungkin akan dihadapi oleh masing-masing produk.
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh tanamduit, sebuah group usaha yang terdiri dari PT Mercato Digital Asia (induk Perusahaan), PT Star Mercato Capitale yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018. PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas.
Segala informasi yang dipublikasikan pada situs dan/atau aplikasi tanamduit hanya bertujuan untuk informasi dan bukan sebagai saran, rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual suatu produk investasi tertentu yang terdapat dalam situs dan/atau aplikasi ini. Setiap analisa proyeksi, ataupun pernyataan yang merupakan prediksi suatu produk investasi di masa datang bukan merupakan indikasi kinerja masa yang akan datang. Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan suatu pedoman untuk kinerja masa datang.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. tanamduit berusaha dengan itikad baik untuk memberikan informasi yang akurat, namun tidak menjamin bahwa informasi yang diambil dari berbagai sumber adalah tanpa adanya kesalahan, kelalaian, ketidakakuratan teknis atau faktual ataupun kesalahan ketik. Informasi yang tersedia dalam situs dan/atau aplikasi ini bukan sebagai informasi yang mengikat namun semata-mata hanya sebagai informasi tambahan dan pelengkap.

