tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik Tipis Didorong Sektor Energi dan Infrastruktur
- Rupiah Menguat karena Investor Abaikan Isu Tarif AS
- Harga SUN Bervariasi, Didukung Rupiah Menguat
- Pasar Asia Tetap Tangguh Hadapi Tarif Trump
- Harga Emas Dunia XAU Melemah karena Tarif AS dan Data Ekonomi Kuat
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 8 Juli 2025.
IHSG Naik Tipis, Didorong Sektor Energi dan Infrastruktur
Selasa (8/7), IHSG ditutup naik tipis 0,05% di level 6.904,39, setelah pergerakan fluktuatif.
Meski sempat masuk zona merah, indeks berhasil rebound berkat saham-saham sektor energi, infrastruktur, dan bahan baku. Nilai transaksi hari itu mencapai Rp 10,7 triliun, dengan 16,07 miliar saham diperdagangkan.
Sektor energi dan infrastruktur menjadi penopang utama kenaikan IHSG. Saham seperti BREN (naik 3,01%), MTEL (3,85%), dan PSAT (25%) mencatat kenaikan signifikan.
Namun, sektor finansial melemah, terutama saham BBCA, TLKM, dan BBRI, yang memberi tekanan pada IHSG karena aksi jual investor asing.
Tekanan jual asing sepanjang 2025, terutama pada saham bank besar seperti BBCA (net sell Rp 12,68 triliun), membuat IHSG terkoreksi.
Meski begitu, penguatan sektor energi dan infrastruktur, ditambah kinerja positif bursa Asia, membantu IHSG menutup hari dengan kenaikan tipis. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Rupiah Menguat karena Investor Abaikan Isu Tarif AS
Pada penutupan pasar Selasa (8/7), nilai tukar rupiah berhasil menguat 0,14% ke level Rp16.208 per dolar AS, meski sempat melemah ke Rp16.275 di pagi hari.
Penguatan ini terjadi karena investor di Asia, termasuk Indonesia, cenderung mengabaikan isu tarif baru AS yang diumumkan Presiden Donald Trump, serta merasa dampak tarif sudah diperhitungkan.
Trump mengumumkan tarif 32% untuk produk Indonesia mulai 1 Agustus 2025. Namun, Trump tetap membuka ruang negosiasi.
Sikap investor yang percaya diri dan respons pasar Asia yang beragam membantu rupiah pulih. Selain itu, pernyataan Trump bahwa tarif bisa dihindari jika Indonesia memproduksi di AS juga memengaruhi sentimen positif di pasar.
Harga SUN Bervariasi, Didukung Rupiah Menguat
Harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak variatif pada perdagangan Selasa (8/7).Yield SUN 5-tahun (FR0104) turun sedikit ke 6,20%, sedangkan yield SUN 10-tahun (FR0103) naik tipis ke 6,58%.
Volume transaksi SUN mencapai Rp23 triliun, lebih tinggi dari hari sebelumnya. Seri FR0106 dan FR0104 menjadi yang paling aktif diperdagangkan. Penguatan rupiah sebesar 0,21% ke Rp16.206 per dolar AS juga mendukung pasar obligasi.
Sentimen global sedikit negatif karena yield US Treasury naik, dengan UST 10-tahun mencapai 4,42%. Namun, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menarik minat besar dengan total penawaran Rp40,8 triliun, dan pemerintah menetapkan Rp12 triliun, melebihi target.
Dengan kondisi ini, permintaan terhadap SUN diperkirakan tetap stabil. (BNI Sekuritas)
Pasar Asia Tetap Tangguh Hadapi Tarif Trump
Surat Donald Trump kepada 14 negara, termasuk Indonesia, yang mengumumkan tarif impor hingga 32% mulai 1 Agustus 2025, memicu respons beragam di pasar Asia.
Meski ada kekhawatiran awal, bursa Asia seperti Nikkei Jepang dan Kospi Korea Selatan menunjukkan ketahanan. Masing-masing bursa menguat 0,26% dan 1,81%. Investor cenderung mengabaikan isu tarif karena dampaknya sudah diperkirakan, ditambah peluang negosiasi yang masih terbuka.
Penguatan rupiah ke kisaran Rp16.100-an, seperti dilaporkan baru-baru ini, juga mencerminkan optimisme pasar terhadap potensi kesepakatan dagang.
Namun, beberapa negara seperti Bangladesh dan Kamboja khawatir tarif tinggi (35-40%) akan merugikan sektor ekspor, terutama garmen.
Negara-negara seperti Thailand dan Malaysia berfokus pada diplomasi dan diversifikasi pasar ke Eropa atau Timur Tengah untuk mengurangi dampak.
Meski ada ketidakpastian, pasar Asia tetap stabil, didukung oleh sentimen positif dari penguatan mata uang regional, termasuk rupiah yang sempat mencapai Rp16.195 pada 3 Juli 2025. Ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi kawasan. (Antara, Liputan 6)
Harga Emas Dunia XAU Melemah karena Tarif AS dan Data Ekonomi Kuat
Harga emas turun ke sekitar $3.320 per ons pada Selasa (8/7), karena investor khawatir dengan rencana tarif impor AS yang diumumkan Presiden Trump.
Trump mengancam tarif 25% untuk negara seperti Jepang dan Korea Selatan. Namun, kekhawatiran pasar mereda setelah ia menunda penerapan tarif hingga 1 Agustus 2025, memberi waktu negosiasi.
Penundaan ini membuat investor lebih tenang, namun tetap menekan harga emas.
Selain itu, laporan ekonomi AS yang kuat minggu lalu menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang baik, mengurangi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi. Hal ini juga menurunkan harapan akan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat.
Investor kini menanti rilis notulen rapat FOMC Juni pada Rabu (9/7/2025) untuk petunjuk lebih lanjut, yang turut membuat harga emas melemah. (Trading Economics)
Factors to Watch:
Global:
- Kebijakan Tarif AS di Bawah Trump: Tarif impor 32% untuk Indonesia mulai 1 Agustus 2025 dapat mengganggu ekspor dan pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan volatilitas pasar saham dan nilai tukar.
- Geopolitik dan Inflasi: Ketegangan geopolitik, seperti ancaman tarif tambahan 25% untuk Jepang dan Korea Selatan, serta potensi konflik di Timur Tengah, dapat mendorong inflasi dan meningkatkan permintaan aset aman seperti emas.
- Suku Bunga Global: Penahanan suku bunga oleh Federal Reserve AS akibat inflasi dari tarif dan defisit fiskal dapat menekan yield obligasi global, memengaruhi harga SBN dan pasar obligasi emerging markets seperti Indonesia.
Nasional:
- Dampak Tarif pada Ekonomi Indonesia: Tarif AS diperkirakan memangkas PDB Indonesia 0,3–0,5%, menekan sektor ekspor seperti tekstil dan elektronik, serta melemahkan rupiah ke Rp16.500–16.700 per dolar AS.
- Stabilitas Makroekonomi: Inflasi Indonesia terkendali di sekitar 2,5–3%, didukung oleh stabilitas rupiah relatif terhadap mata uang utama. Hal ini menjaga daya tarik SBN dan obligasi korporasi.
Rekomendasi Investasi:
1. Jangka Pendek (Hingga 1 tahun):
Alokasikan lebih banyak di reksa dana pasar uang dengan return 4%-5,5% per tahun untuk stabilitas (volatilitas rendah) dan likuiditas. Jangan andalkan reksa saham untuk jangka pendek karena volatilitas masih sangat tinggi, yang dipengaruhi utamanya oleh faktor global.
Emas tetap dapat diandalkan sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian global yang masih tinggi.
Selain itu, reksa dana pendapatan tetap juga menarik karena kinerja yang tetap stabil, didukung oleh ekonomi Indonesia relatif kuat di tengah ketidakpastian global.
2. Jangka Menengah (1-5 tahun):
Overweight di reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan return setelah pajak 6-8% per tahun dengan diversifikasi di obligasi pemerintah dan korporasi. Cocok untuk menyeimbangkan risiko tarif dan inflasi.
Reksa dana campuran dapat juga dipertimbangkan untuk menjadi portofolio dengan alokasi rendah (10-20%).
Emas tetap menjadi andalan sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global.
Pertimbangkan juga SBN seri SBR014 dengan kupon indikatif 6,45% per tahun (net 5,805%) menjadi kupon terendah, dengan skema floating with floor.
3. Jangka Panjang (>5 tahun):
Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi secara rutin setiap bulan di reksa dana saham.
Pilih reksa dana saham yang memiliki catatan kinerja yang baik dan konsisten dalam jangka panjang, dan terbukti dapat “turn around” pada saat pasar mengalami gejolak.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.