fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Weekly Market Recap (23-27 Juni 2025)

tanamduit Weekly Market Recap (23-27 Juni 2025)

oleh | Jun 30, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market pada minggu 23-27 Juni 2025 dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Weekly Market Recap:

  • Sentimen Geopolitik dan Aksi Jual Asing Tekan IHSG
  • Pergerakan Pasar Surat Utang Negara (23-26 Juni 2025) Imbas Ketegangan Geopolitik Timur Tengah
  • Ketegangan Geopolitik Dorong Volatilitas Harga Emas
  • Rupiah Menguat Terhadap USD 23-26 Juni 2025 Karena Berkurangnya Permintaan USD
  • USD Index (DXY) Melemah di Minggu 23-27 Juni Karena Melambatnya Ekonomi AS
  • Yield Obligasi US Treasury 10 Tahun Stabil di Minggu 23-27 Juni 2025

Berikut adalah rangkuman kinerja indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi pada pekan keempat Juni 2025, berdasarkan data per 26-27 Juni 2025.

market-update-data-weekly-market-recap-24-27-juni

Sentimen Geopolitik dan Aksi Jual Asing Tekan IHSG

Pada minggu 23-26 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan signifikan dengan penurunan sekitar 3% secara keseluruhan. IHSG ditutup pada level 6.897,40 pada Kamis (26/6/2025), setelah sempat anjlok lebih dalam.

Penurunan ini terutama dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya serangan AS ke fasilitas nuklir Iran dan ancaman balasan dari Iran, yang meningkatkan volatilitas pasar saham global.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga memperburuk sentimen, mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas. Meski ada penguatan 0,96% pada penutupan Kamis (26/6) karena teknikal rebound pada saham-saham perbankan, IHSG tetap berada di “zona merah”, alias melemah sepanjang pekan.

Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 4,6 triliun selama periode ini. Saham seperti BBRI, TLKM, BBCA, MEDC, dan ADRO menjadi yang paling banyak dilepas.

Aksi jual ini dipicu oleh ketidakpastian global akibat konflik geopolitik dan ekspektasi kebijakan moneter The Fed yang cenderung mempertahankan suku bunga tinggi, meningkatkan daya tarik pasar lain di luar Indonesia.

Selain itu, penurunan peringkat aset keuangan Indonesia oleh Goldman Sachs beberapa waktu sebelumnya memperparah arus modal keluar. Hal ini mencerminkan menurunnya kepercayaan investor terhadap stabilitas pasar domestik.

Meskipun tekanan global mendominasi, sentimen domestik seperti potensi pemulihan konsumsi rumah tangga dan stabilitas inflasi memberikan sedikit harapan. Sayangnya, sentimen ini tidak cukup kuat untuk mengangkat IHSG.

Tak hanya itu, minimnya katalis positif, seperti kebijakan fiskal yang meyakinkan, membuat pasar sulit pulih.

Investor disarankan untuk fokus pada saham defensif di sektor konsumsi dan memantau perkembangan geopolitik serta nilai tukar rupiah, karena prospek IHSG ke depan masih bergantung pada stabilisasi sentimen global dan respons pemerintah terhadap kepercayaan investor.

Pergerakan Pasar Surat Utang Negara (23-26 Juni 2025) Imbas Ketegangan Geopolitik Timur Tengah

Pada minggu 23-26 Juni 2025, pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia mengalami volatilitas tinggi, dengan harga obligasi cenderung melemah dan imbal hasil (yield) meningkat.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, memicu kekhawatiran investor global. Hal ini mendorong aliran modal ke aset aman seperti US Treasury, yang menyebabkan yield SUN seri 10 tahun naik sekitar 10-15 basis poin ke level 6,5%-6,7%.

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga menambah tekanan, meningkatkan persepsi risiko di pasar emerging seperti Indonesia.

Meskipun demikian, fundamental ekonomi domestik yang relatif stabil, seperti rasio utang terhadap PDB di bawah 40% dan inflasi terkendali, memberikan sedikit dukungan, mencegah penurunan harga yang lebih tajam.

Nilai Transaksi dan Aksi Investor Asing: Berdasarkan tren pasar sekunder melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) dan Centralized Trading Platform (CTP-PLTE), transaksi mingguan diperkirakan mencapai Rp 10-15 triliun, lebih rendah dari rata-rata karena sentimen risk-off.

Investor asing melakukan net sell sekitar Rp 1,5-2 triliun, terutama pada SUN denominasi rupiah, dipicu oleh ketidakpastian global dan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Kepemilikan asing pada SBN domestik menurun tipis, dengan porsi kepemilikan di akhir minggu (26 Juni 2025) sekitar 13,5%-14% dari total SBN domestik yang dapat diperdagangkan, turun dari 14% di akhir Juli 2024, mencerminkan kehati-hatian investor asing.

Prospek dan Rekomendasi: Meskipun pasar SUN tertekan, yield yang relatif tinggi dibandingkan negara sekelas (rating BBB) tetap menarik bagi investor jangka panjang. Minimnya katalis domestik, seperti kebijakan fiskal ekspansif, membuat pasar bergantung pada stabilisasi sentimen global. Investor disarankan memantau perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter global sambil mempertimbangkan SUN tenor pendek untuk meminimalkan risiko volatilitas.

Ketegangan Geopolitik Dorong Volatilitas Harga Emas

Pergerakan Harga Emas Dunia dan Penyebabnya (23-27 Juni 2025)

Pada minggu 23-27 Juni 2025, harga emas spot (XAU/USD) menunjukkan pergerakan volatil dengan kecenderungan bearish.

Harga emas dibuka sekitar $3,369/oz, berfluktuasi antara $3,340-$3,374/oz, dan ditutup pada $3,257.46/oz pada 27 Juni, mencatat penurunan 2.13% dari hari sebelumnya.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, awalnya meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven. Namun, meredanya ketegangan dan sinyal pengetatan moneter dari Federal Reserve memicu aksi ambil untung investor, mendorong dominasi seller, terlihat dari struktur Lower Low pada timeframe H4.

Pelemahan dolar AS memberi sedikit dukungan terhadap peningkatan harga emas. Namun, ekspektasi suku bunga tinggi dan aliran modal ke aset berisiko membatasi kenaikan harga emas.

Perkiraan nilai transaksi XAU/USD di pasar global sulit ditentukan secara pasti tanpa data resmi. Namun, dengan volatilitas tinggi, transaksi mingguan di bursa utama seperti COMEX dan LBMA diperkirakan mencapai $50-100 miliar, didorong oleh perdagangan berjangka dan fisik.

Pelaku transaksi besar meliputi bank sentral (seperti Tiongkok dan India yang terus menambah cadangan emas), hedge fund, dan lembaga keuangan seperti JPMorgan dan Goldman Sachs, yang aktif dalam perdagangan derivatif emas.

Investor institusional juga berkontribusi melalui aksi spekulatif di tengah ketidakpastian geopolitik, dengan volume meningkat saat harga mendekati level support $3,200/oz.

Harga Emas Antam dan Penyebab Pergerakan (23-26 Juni 2025)

Harga emas Antam di pasar domestik menunjukkan penurunan tipis sepanjang 23-26 Juni 2025. Pada 23 Juni, harga emas Antam berada di rentang Rp 1,778,000/gram, turun menjadi Rp 1,768,000/gram pada 27 Juni, mencerminkan koreksi Rp 10,000/gram.

Penurunan ini sejalan dengan tren global XAU/USD, dipengaruhi oleh melemahnya permintaan safe haven dan penguatan dolar AS terhadap rupiah, yang melemah ke kisaran Rp 15,800/USD.

Permintaan fisik domestik, terutama menjelang Idul Adha, memberikan sedikit dukungan, tetapi minimnya katalis positif seperti kebijakan moneter domestik yang ekspansif membatasi kenaikan harga.

Nilai transaksi emas Antam di pasar domestik diperkirakan mencapai Rp 1-2 triliun untuk minggu tersebut, lebih rendah dari rata-rata karena volatilitas global menahan pembeli ritel.

Transaksi didominasi oleh investor individu dan pedagang emas kecil, dengan pembelian fisik (0.5-10 gram) dan buyback melalui sistem COD (Cash on Delivery). Permintaan institusional domestik terbatas, dengan fokus pada perdagangan emas digital di platform seperti Indodax.

Prospek dan Rekomendasi

Harga emas XAU/USD dan Antam dipengaruhi oleh dinamika geopolitik dan kebijakan moneter global, dengan potensi volatilitas lanjutan jika konflik Timur Tengah meningkat.

Investor disarankan untuk memantau level support $3,178/oz untuk XAU/USD dan harga buyback Antam di Rp 1,707,500/gram untuk peluang masuk.

Rupiah Menguat Terhadap USD di Tanggal 23-26 Juni 2025 Karena Berkurangnya Permintaan USD

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat pada minggu 23-26 Juni 2025, bergerak dari Rp16.459 per USD (23/6) ke Rp 16.204 per USD (26/6), naik 255 poin atau sekitar 1,55%.

Penguatan ini didorong oleh meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah gencatan senjata Iran-Israel pada 25 Juni, mengurangi permintaan dolar sebagai safe haven.

Intervensi Bank Indonesia dan fundamental domestik seperti inflasi terkendali (2.26% YoY) juga mendukung, meskipun tekanan dari net sell asing (Rp 4.6 triliun di saham) dan ekspektasi suku bunga tinggi Federal Reserve membatasi kenaikan.

Dibandingkan mata uang Asia lainnya, rupiah menunjukkan kinerja lebih baik dengan penguatan mingguan 1.55%. Penguatan ini mengungguli ringgit Malaysia dan peso Filipina yang melemah masing-masing sekitar 0.6% dan 0.5%.

Won Korea Selatan dan baht Thailand juga menguat tipis, namun yen Jepang lebih stabil karena intervensi Bank of Japan.

Meski resilien, rupiah tetap rentan terhadap volatilitas global dan aliran modal keluar.

USD Index (DXY) Melemah di Minggu 23-27 Juni Karena Melambatnya Ekonomi AS

Pada minggu 23-27 Juni 2025, Indeks Dolar AS (DXY) mengalami fluktuasi dengan kecenderungan melemah.

Indeks dolar bergerak di kisaran 97.18 hingga 97.97, dan ditutup pada level 97.2289 pada 27 Juni, naik tipis 0.08% dari sesi sebelumnya. Meski demikian,secara mingguan, indeks dolar (DXY) turun sekitar 0.39%.

Pelemahan DXY terutama dipicu oleh meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) setelah data inflasi AS menunjukkan pelambatan, mendorong spekulasi pelonggaran moneter pada paruh kedua 2025.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, sempat meningkatkan permintaan dolar sebagai safe haven, tetapi meredanya konflik mengurangi tekanan bullish.

Selain itu, penguatan ekonomi Tiongkok (5.4% YoY pada Q4 2024) dan stimulusnya mendukung mata uang lain seperti yuan, menekan DXY.

Yield Obligasi US Treasury 10 Tahun Stabil di Minggu 23-27 Juni 2025

Yield US Treasury (UST) 10 tahun pada periode ini bergerak volatil, naik menjadi 4.30% pada 25 Juni 2025. Namun, yield UST 10 tahun cenderung stabil di kisaran 4.25%-4.35% sepanjang minggu, dengan sedikit penurunan dari bulan sebelumnya (turun 0.21 poin).

Kenaikan yield pada awal pekan (25 Juni) dipicu oleh ketegangan geopolitik yang meningkatkan preferensi investor ke aset AS, ditambah ekspektasi kebijakan fiskal ekspansif AS di bawah pemerintahan Trump, yang berpotensi meningkatkan pasokan utang.

Namun, pelambatan inflasi AS dan sinyal pelonggaran Fed Funds Rate (FFR) meredam kenaikan yield, dengan pasar obligasi menunjukkan volatilitas rendah (MOVE Index turun 2.54% ke 92.61).

Faktor domestik AS, seperti pasar tenaga kerja yang kuat, juga mendukung yield tetap tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Potensi Dampak terhadap Pasar Keuangan Indonesia

  1. IHSG dan Pasar Saham: Pelemahan DXY memberikan ruang bagi penguatan rupiah, yang sempat tertekan ke Rp 15,800/USD, berpotensi mendukung IHSG yang anjlok 3.61% pada periode ini akibat aksi jual asing (net sell Rp 4.6 triliun). Namun, yield UST yang tinggi meningkatkan daya tarik aset AS, memperpanjang arus modal keluar dari pasar saham Indonesia, terutama pada saham bluechip seperti BBRI dan BBCA. Stabilitas yield UST dapat meminimalkan tekanan lanjutan.Meski demikian, IHSG tetap rentan jika geopolitik memburuk.
  2. Pasar Obligasi (SUN): Yield UST yang tinggi mendorong kenaikan yield SUN 10 tahun ke 6.5%-6.7%, menekan harga obligasi domestik dan meningkatkan biaya pinjaman pemerintah. Net sell asing pada SUN (Rp 1.5-2 triliun) mencerminkan kekhawatiran investor terhadap risiko emerging market, dengan kepemilikan asing turun ke 13.5%-14%. Jika yield UST stabil, pasar SUN berpotensi pulih, didukung fundamental ekonomi Indonesia seperti inflasi terkendali (2.26% YoY).
  3. Nilai Tukar Rupiah: Pelemahan DXY dapat meredakan tekanan pada rupiah. Namun, volatilitas global dan yield UST yang tinggi menjaga risiko pelemahan. Bank Indonesia (BI) diperkirakan mempertahankan BI-Rate untuk stabilisasi, didukung inflasi domestik yang terkendali. Prospek ekonomi Indonesia (proyeksi pertumbuhan 5.2% pada 2025) dan aliran modal asing ke sektor riil dapat mendukung rupiah jika sentimen global membaik.
  4. Emas dan Komoditas: Korelasi negatif DXY dengan emas (XAU/USD) mendukung harga emas global ($3,257.46/oz pada 27 Juni). Namun, koreksi harga domestik (Antam Rp 1,768,000/gram) menunjukkan permintaan lokal yang lemah. Stabilitas yield UST dapat menahan volatilitas emas, tetapi investor domestik cenderung wait-and-see.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

Top 5 Kinerja 1 Tahun Terakhir Reksa Dana Semua Jenis

market-update-top-5-kinerja-reksadana-1-tahun

 

Top 5 Kinerja 1 Bulan Terakhir Reksa Dana Semua Jenis

market-update-reksadana-top-5-kinerja-1-bulan

 

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

 

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile