tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market pada pekan 4-8 Agustus dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Weekly Market Recap:
- Data Ekonomi AS dan Penguatan Rupiah: Pendorong Pasar 4-8 Agustus 2025
- IHSG 4-8 Agustus 2025 Volatile dan Turun Tipis
- Penguatan Rupiah dan Sentimen Global Dorong Harga SUN: Tinjauan Pasar Obligasi 4-8 Agustus 2025
- Penguatan Harga Emas di Tengah Ketidakpastian Global dan Ekspektasi Suku Bunga USD
- Data Inflasi AS dan Data Konsumsi Domestik di Minggu 11-15 Agustus 2025 Menjadi Faktor Utama Proyeksi Pergerakan IHSG, Yield SUN dan Harga Emas
Berikut adalah rangkuman kinerja indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi pada pekan 4-8 Agustus 2025, beserta data kinerja terbaru per tanggal 8 Agustus 2025.
Data Ekonomi AS dan Penguatan Rupiah: Pendorong Pasar 4-8 Agustus 2025
Pada minggu 4-8 Agustus 2025, laporan ketenagakerjaan AS yang di bawah ekspektasi, khususnya data nonfarm payroll yang lemah, memicu spekulasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Hal ini melemahkan dolar AS, dan mengerek harga emas XAU sebesar 0,92% dari US$3.368 menjadi US$3.399 per ounce.
Pengumuman tarif baru AS terhadap China pada 7 Agustus menambah ketidakpastian geopolitik, memicu fluktuasi pasar saham global dan mendorong aliran modal ke aset aman, dengan yield SUN turun dari 6,6409% ke 6,5504% seiring penguatan harga obligasi.
Di Indonesia, apresiasi rupiah dari Rp16.490 ke Rp16.290 per dolar AS, didukung oleh pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 5,12% y-on-y dan stabilitas suku bunga Bank Indonesia, memperkuat kepercayaan investor terhadap pasar domestik.
Penyesuaian indeks MSCI turut menarik minat investor asing, tercermin dari pembelian bersih SUN Rp9,24 triliun dan saham Rp561,5 miliar, serta kenaikan harga emas ANTAM 0,67% dari Rp1.946.000 ke Rp1.959.000 per gram, sejalan dengan permintaan lokal yang kokoh.
Peristiwa ini menyebabkan IHSG berfluktuasi sebelum bertahan di 7.533, obligasi menguat dengan harga yang lebih tinggi, dan emas menjadi pilihan utama di tengah gejolak pasar.
Data ekonomi AS yang lemah dan penguatan rupiah menjadi katalis utama, mendorong investor ke aset defensif sambil memanfaatkan ketangguhan ekonomi Indonesia.
IHSG 4-8 Agustus 2025 Volatile dan Turun Tipis
Pada minggu 4-8 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang naik-turun, ditutup dengan penurunan tipis sebesar 0,06%, dari 7.537 ke 7.533.
Ketidakpastian ekonomi global, seperti potensi kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat dan perlambatan sektor manufaktur, menjadi penyebab utama tekanan pada pasar. Namun, kabar baik dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12% mampu mengangkat semangat pelaku pasar di akhir pekan, menahan penurunan yang lebih dalam.
Total nilai transaksi saham selama periode ini mencapai Rp81,3 triliun, mencerminkan aktivitas perdagangan yang cukup ramai meski di tengah gejolak pasar.
Saham-saham besar (big caps) memainkan peran penting dalam dinamika IHSG. Saham perbankan seperti Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) cenderung menekan indeks karena sentimen negatif di sektor keuangan.
Sebaliknya, saham seperti Amman Mineral (AMMN) dan Barito Renewables (BREN) menjadi penopang pasar, terutama di hari-hari terakhir periode, membantu IHSG tetap stabil.
Pergerakan saham-saham ini mencerminkan tarik-menarik antara kekhawatiran global dan optimisme domestik.
Investor asing menunjukkan kepercayaan pada pasar Indonesia dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp561,5 miliar.
Minat mereka didorong oleh penyesuaian indeks MSCI, yang menguntungkan beberapa saham, serta prospek ekonomi Indonesia yang cerah.
Meski demikian, secara tahunan hingga Agustus 2025, investor asing masih mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp61,34 triliun, menandakan kehati-hatian mereka dalam jangka panjang. Aliran modal asing ini menjadi sinyal positif, namun tetap dipengaruhi oleh dinamika global.
Saham-saham yang menjadi fokus investor asing adalah BBRI, BMRI, AMMN, BREN, dan Aneka Tambang (ANTM). Saham-saham ini diminati karena harga yang kompetitif dan potensi pertumbuhan di sektor perbankan dan energi terbarukan.
Di sisi lain, saham seperti Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Bumi Resources Minerals (BRMS) mengalami aksi jual akibat koreksi harga setelah kenaikan sebelumnya.
Pergerakan ini menunjukkan strategi investor asing yang selektif, memilih saham dengan fundamental kuat sambil mengelola risiko di tengah ketidakpastian pasar.
Penguatan Rupiah dan Sentimen Global Dorong Harga SUN: Tinjauan Pasar Obligasi 4-8 Agustus 2025
Pada minggu 4-8 Agustus 2025, yield Surat Utang Negara (SUN) benchmark 10 tahun turun dari 6,6409% pada 1 Agustus menjadi 6,5504% pada 8 Agustus, menyebabkan harga SUN menguat karena hubungan terbalik antara yield dan harga.
Indeks Indobex Government juga naik dari 408,9449 ke 412,0246, mencerminkan apresiasi nilai obligasi pemerintah.
Faktor utama penggerak adalah penguatan nilai tukar rupiah dari Rp16.490 menjadi Rp16.290 per dolar AS, didukung oleh penurunan yield US Treasury akibat data ekonomi AS yang lemah dan stabilitas ekonomi Indonesia yang meningkatkan daya tarik SUN sebagai aset aman.
Total nilai transaksi SUN di pasar sekunder mencapai sekitar Rp145 triliun, dengan volume harian bervariasi seperti Rp30,2 triliun pada 5 Agustus dan Rp27,4 triliun pada 7 Agustus, terutama pada seri benchmark seperti FR0103.
Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp9,24 triliun hingga 7 Agustus, kemungkinan bertambah pada 8 Agustus, didorong oleh yield yang kompetitif dibandingkan pasar emerging lain dan ekspektasi kebijakan moneter Bank Indonesia yang akomodatif, meskipun tekanan outflow tahunan tetap ada di instrumen lain.
Pelaku transaksi terbesar meliputi investor asing yang mendominasi aliran masuk modal, bank domestik, dan Perusahaan sekuritas BUMN yang aktif dalam lelang dan rekomendasi seri seperti FR0058.
Selain itu, institusi keuangan seperti dana pensiun dan asuransi yang fokus pada diversifikasi portofolio juga menjadi pelaku transaksi terbesar.
Penguatan Harga Emas di Tengah Ketidakpastian Global dan Ekspektasi Suku Bunga USD
Secara keseluruhan, penguatan harga emas XAU dan ANTAM week-on-week mencerminkan peran emas sebagai aset aman di tengah ekspektasi suku bunga rendah dan ketegangan geopolitik.
Volume transaksi yang tinggi dan partisipasi pelaku besar seperti bank sentral dan ETF menunjukkan kepercayaan terhadap emas, meskipun risiko koreksi tetap ada jika sentimen pasar berubah akibat data ekonomi yang lebih kuat.
Harga emas spot (XAU/USD) pada 8 Agustus 2025 mencapai US$3.399 per ounce, naik sekitar 0,92% dibandingkan harga pada 1 Agustus 2025 sebesar US$3.368 per ounce, menunjukkan penguatan week-on-week.
Pergerakan ini didorong oleh ekspektasi pemotongan suku bunga AS setelah data nonfarm payroll AS yang mengecewakan, yang melemahkan dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven).
Selain itu, ketidakpastian geopolitik, termasuk potensi kebijakan tarif di bawah pemerintahan Trump, turut mendorong investor ke emas, meskipun fluktuasi harian terjadi akibat aksi ambil untung.
Nilai transaksi emas global selama periode 4-8 Agustus 2025 diperkirakan mencapai US$1,5 triliun, dengan volume harian rata-rata sekitar US$300 miliar, didominasi oleh perdagangan di pasar futures dan ETF.
Pelaku transaksi terbesar meliputi bank sentral yang terus membeli emas untuk cadangan devisa, Exchange Traded Fund (ETF) seperti SPDR Gold Shares dengan inflow signifikan, serta perusahaan tambang besar, seperti Newmont dan Gold Fields yang memanfaatkan harga tinggi untuk meningkatkan volume penjualan.
Aktivitas ini mencerminkan minat kuat terhadap emas di tengah volatilitas pasar keuangan.
Harga emas batangan ANTAM juga menguat, naik dari Rp1.946.000 per gram pada 1 Agustus menjadi Rp1.959.000 per gram pada 8 Agustus, atau kenaikan week-on-week sebesar 0,67%.
Penguatan ini sejalan dengan pasar global, diperkuat oleh apresiasi rupiah dari Rp16.490 ke Rp16.290 per dolar AS, yang membuat emas lebih terjangkau di pasar domestik.
Selain itu, permintaan stabil dari investor ritel dan institusi di Indonesia yang mencari lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi juga mendorong kenaikan harga emas.
Data Inflasi AS dan Data Konsumsi Domestik di Minggu 11-15 Agustus 2025 Menjadi Faktor Utama Proyeksi Pergerakan IHSG, Yield SUN dan Harga Emas
Pada minggu 11-15 Agustus 2025, data inflasi AS seperti Consumer Price Index (CPI) pada 12 Agustus, diproyeksikan naik 0,2% secara bulanan, dan Producer Price Index (PPI) pada 14 Agustus, akan menjadi sorotan utama bersama dengan data klaim pengangguran dan penjualan ritel AS.
Pidato pejabat Federal Reserve juga dapat memengaruhi ekspektasi suku bunga.
Secara global, rilis PDB Inggris, keputusan Reserve Bank of Australia, dan data ekonomi China seperti produksi industri pada 15 Agustus berpotensi menciptakan gejolak di pasar saham, obligasi, dan emas.
Di Indonesia, data penjualan ritel Juni pada 11 Agustus (diproyeksikan 1,7%) dan penjualan mobil Juli akan menjadi indikator konsumsi domestik, meskipun tidak ada keputusan suku bunga Bank Indonesia.
Sentimen global, terutama dari perlambatan ekonomi China, dapat memengaruhi aliran modal asing ke pasar domestik.
IHSG diproyeksikan bergerak di kisaran 7.470-7.660 dengan potensi koreksi, yield SUN 10 tahun diperkirakan stabil di 6,5-6,6%, dan harga emas ANTAM berpeluang naik menuju Rp1.970.000 per gram jika ketidakpastian global berlanjut.
Data ini dapat mendorong IHSG rebound jika inflasi AS rendah, mendukung ekspektasi pemotongan suku bunga; yield SUN turun seiring penguatan harga obligasi; rupiah mengapresiasi jika dolar melemah; dan emas melonjak sebagai aset aman.
Namun, penyimpangan dari proyeksi, terutama inflasi tinggi, bisa memicu volatilitas signifikan di semua pasar.
Rekomendasi Investasi
1. Jangka Pendek (s.d. 1 Tahun):
Reksa dana pasar uang menawarkan imbal hasil stabil (4–6%) untuk menghindari volatilitas IHSG.
Emas cocok sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan rupiah (target $3,500/ons).
2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):
Reksa dana campuran dengan portofolio saham yang fokus pada sektor properti dan keuangan, untuk menangkap potensi proyeksi IHSG ke 7.900 dan portofolio obligasi yang kinerjanya relatif stabil untuk menahan volatilitas saham.
Emas tetap relevan untuk diversifikasi.
Reksa dana pendapatan tetap yang berisi portofolio SUN dan Obligasi Korporasi tenor menengah (5–10 tahun) dengan return 7-8% juga dapat menjadi pilihan investasi.
3. Jangka Panjang (>5 Tahun):
Reksa dana saham ideal untuk investor agresif yang meyakini bahwa dalam jangka panjang situasi geopolitik membaik, negara-negara secara global sudah beradaptasi dengan tarif perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi lebih stabil.
Emas melindungi nilai jangka panjang.
Reksa dana pendapatan tetap yang memiliki tenor atau durasi lebih dari 10 tahun cocok untuk investor konservatif, dengan yield stabil dan risiko default rendah.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
Top 5 Kinerja 1 Tahun Terakhir Reksa Dana Semua Jenis
Top 5 Kinerja 1 Bulan Terakhir Reksa Dana Semua Jenis
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.