fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Weekly Market Recap (6-10 Oktober 2025)

tanamduit Weekly Market Recap (6-10 Oktober 2025)

oleh | Okt 13, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market pada pekan 6-10 Oktober 2025 dan tips investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Weekly Market Recap:

  • IHSG & LQ45: IHSG naik +1,7% ke 8.257,86 (rekor tertinggi); kapitalisasi pasar Rp15.560 T; net buy asing Rp3,2 T; LQ45 +1,1%.
  • SUN/SBN: Yield (imbal hasil) 10 thn turun dari 6,25% ke 6,07%; asing beli neto Rp5,14 T; transaksi harian Rp35–40 T.
  • Rupiah: Melemah tipis dari Rp16.520 ke Rp16.560/USD; aliran modal asing masuk Rp6,43 T; BI intervensi SRBI.
  • Emas dunia US$3.930–4.060/oz, emas rupiah Rp2,29–2,30 jt/gram; naik karena pelemahan rupiah dan minat safe haven.
  • Pasar AS: S&P 500 turun ±2,7%, Nasdaq turun 3,5%; UST 10 thn turun 4,13%, DXY 99,54; gejolak tarif baru AS-Tiongkok.

Berikut adalah rangkuman kinerja indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi pada pekan 6-10 Oktober 2025, beserta data kinerja terbaru per tanggal 10 Oktober 2025.

data-market-update-weekly-recap-6-10-oktober

IHSG Cetak Rekor, LQ45 Ikut Menguat

Pekan 6–10 Oktober 2025 menjadi momen bersejarah bagi pasar saham Indonesia.

IHSG menembus rekor tertinggi di 8.257,86, naik 1,7% dalam sepekan. Kapitalisasi pasar mencapai Rp15.560 triliun, dan rata-rata transaksi harian sekitar Rp28 triliun.

Indeks LQ45 juga ikut menguat sekitar 1,1%, menandakan kenaikan terjadi merata di saham-saham besar dan berlikuid tinggi.

Kenaikan pasar didorong terutama oleh saham-saham energi dan petrokimia milik Grup Barito seperti CUAN, BRPT, CDIA, dan BREN, serta saham tambang AMMN.

Investor asing mencatat net buy sekitar Rp3,2 triliun, menandakan kepercayaan global terhadap pasar Indonesia kembali pulih di tengah stabilnya suku bunga dan prospek ekonomi yang solid.

Menjelang akhir tahun, IHSG diperkirakan tetap positif dengan potensi menuju 8.400–8.600. Faktor pendukung utamanya antara lain ekspektasi penurunan suku bunga global, tingginya harga komoditas, dan belanja domestik yang kuat menjelang liburan akhir tahun.

Selama kondisi global tetap stabil, tren kenaikan IHSG dan LQ45 berpeluang berlanjut hingga 2026.

SUN Menguat, Asing Kembali Masuk

Pada pekan 6–10 Oktober 2025, yield SUN (Surat Utang Negara) 10 tahun turun ke 6,07% dari 6,25%, menandakan kenaikan harga obligasi di tengah sentimen positif pasar.

Permintaan kuat muncul seiring ekspektasi stabilnya kebijakan suku bunga Bank Indonesia dan kondisi makro yang terjaga.

Menurut rilis Bank Indonesia 10 Oktober 2025, investor asing mencatat beli neto Rp5,14 triliun di pasar SBN. Sementara itu, aktivitas transaksi harian mencapai sekitar Rp35–40 triliun, dengan seri FR0108 dan FR0109 paling aktif diperdagangkan.

Meskipun dolar AS dan yield UST (US Treasury, obligasi negara AS) menguat, minat terhadap SUN tetap tinggi berkat fundamental ekonomi yang solid.

Dengan inflasi rendah dan koordinasi kuat antara BI dan pemerintah, yield (imbal hasil) SUN diperkirakan stabil di kisaran 6,0–6,2% hingga akhir 2025, menjaga prospek pasar obligasi tetap positif.

Rupiah Melemah Tipis, Tetap Dijaga Stabil oleh BI

Sepanjang pekan 6–10 Oktober 2025, rupiah bergerak melemah tipis dari sekitar Rp16.520 menjadi Rp16.560 per dolar AS.

Pelemahan ini terutama dipicu oleh penguatan dolar AS (DXY 99,54) dan kenaikan yield US Treasury 10 tahun ke 4,13% yang meningkatkan permintaan global terhadap aset dolar.

Namun, tekanan rupiah tertahan oleh aliran modal asing masuk sebesar Rp6,43 triliun. Aliran ini terdiri dari Rp5,14 triliun di pasar SBN dan Rp2,48 triliun di pasar saham, sebagaimana dilaporkan oleh Bank Indonesia melalui siaran pers tanggal 10 Oktober 2025.

Bank Indonesia terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi terukur di pasar valas dan sekuritas rupiah (SRBI), di mana tercatat jual neto asing sebesar Rp1,19 triliun. Prospeknya hingga akhir 2025 tetap relatif stabil, di kisaran Rp16.400–16.700 per dolar AS, ditopang oleh surplus neraca perdagangan, cadangan devisa yang kuat, dan koordinasi kebijakan fiskal-moneter yang solid.

Dengan kondisi eksternal yang masih terkendali, Rupiah diperkirakan mampu bertahan stabil hingga akhir tahun.

Emas Global dan Emas Rupiah Naik Tipis

Sepanjang pekan 6–10 Oktober 2025, harga emas dunia (XAU/USD) bergerak stabil di kisaran US$3.930–4.060 per troy ounce.

Sementara itu, emas rupiah ikut menguat dan sempat mencetak rekor baru di Rp2.303.000 per gram pada 9 Oktober, sebelum ditutup di Rp2.294.000 per gram pada akhir pekan.

Kenaikan ini ditopang oleh pelemahan rupiah terhadap dolar AS, serta meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian global dan ekspektasi pelonggaran suku bunga The Fed.

Menjelang akhir tahun, prospek emas masih positif dengan kecenderungan bullish. Harga berpotensi bertahan tinggi di atas US$3.900/oz (sekitar Rp2,25–2,35 juta/gram) jika tren penurunan suku bunga global berlanjut.

Katalis utama yang dapat menggerakkan harga meliputi arah kebijakan moneter AS dan BI, tingkat inflasi global, pelemahan dolar, serta pembelian emas oleh bank sentral.

Kombinasi faktor-faktor ini membuat emas tetap menarik sebagai aset lindung nilai hingga akhir 2025. (Investing, Bloomberg, Antam)

Gejolak Pasar AS & Implikasi untuk Indonesia

Minggu 6–10 Oktober 2025 ditandai dengan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS yang sempat mengerek optimisme investor. Indeks utama AS, seperti S&P 500 dan Nasdaq, beberapa kali menembus rekor tertinggi, didorong saham teknologi dan pengumuman kerjasama besar seperti AMD-OpenAI.

Namun, di penghujung pekan, pasar AS terguncang setelah Presiden Trump memperingatkan tarif baru terhadap impor Tiongkok, memicu aksi jual luas.  Alhasil, S&P 500 anjlok ±2,7%, Nasdaq turun ~3,5%.

Di pasar obligasi AS, yield UST 10 tahun sempat meningkat, mempertajam tekanan di aset yield rendah.

Sementara itu, DXY (US Dollar Index) menguat di tengah flight-to-safety ke dolar, menahan pelemahan terlalu ekstrem. (Reuters, Financial Times)

Dampaknya ke Indonesia bisa cukup signifikan: penguatan dolar AS dan selisih yield (interest rate differential) dapat menekan rupiah, memicu arus keluar modal jangka pendek.

Sebaliknya, jika tekanan tersebut mereda dan suku bunga AS mulai diturunkan, BI bisa mendapat ruang untuk longgarkan kebijakan dan menarik inflow kembali, mendukung reli di pasar saham dan obligasi domestik.

Factors to Watch: Global & Nasional

Secara global, investor perlu mencermati arah kebijakan The Fed dan BI, pergerakan dolar AS (DXY), serta yield US Treasury yang akan menentukan arus modal ke emerging markets.
Selain itu, faktor geopolitik — terutama hubungan dagang AS-Tiongkok dan ketegangan di Timur Tengah — masih berpotensi memicu volatilitas harga komoditas dan aset safe haven seperti emas.
⦁ Dari sisi domestik, fokus tertuju pada stabilitas rupiah, inflasi menjelang akhir tahun, dan realisasi APBN serta stimulus fiskal yang dapat memengaruhi kinerja ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

Tips Investasi

⦁ Secara umum, investor disarankan untuk menjaga diversifikasi portofolio.
⦁ Untuk reksa dana, alokasikan ke pasar uang dan pendapatan tetap jika volatilitas global masih tinggi, sambil mulai akumulasi reksa dana saham secara bertahap menjelang 2026.
⦁ Emas tetap menarik sebagai aset lindung nilai, terutama bila suku bunga global mulai turun.
⦁ SBN (SUN & SBSN) masih menawarkan imbal hasil menarik di tengah prospek penurunan inflasi dan stabilnya kebijakan BI—cocok bagi investor dengan profil konservatif hingga moderat yang mengincar pendapatan stabil hingga akhir 2025.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

⚠ Sebelum melakukan keputusan investasi, investor wajib memahami profil risiko pribadi dan mempelajari karakteristik produk investasi, termasuk potensi risiko yang mungkin dihadapi. Informasi ini bersifat umum dan tidak dapat dijadikan sebagai jaminan kinerja di masa depan; kinerja historis tidak mencerminkan hasil di masa depan.

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh tanamduit, sebuah group usaha yang terdiri dari PT Mercato Digital Asia (induk Perusahaan), PT Star Mercato Capitale yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018. PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas.

Segala informasi yang dipublikasikan pada situs dan/atau aplikasi tanamduit hanya bertujuan untuk informasi dan bukan sebagai saran, rekomendasi, atau ajakan untuk membeli atau menjual suatu produk investasi tertentu yang terdapat dalam situs dan/atau aplikasi ini. Setiap analisis, proyeksi, maupun pernyataan yang merupakan prediksi suatu produk investasi bukan merupakan indikasi kinerja di masa mendatang, karena kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan pedoman untuk kinerja masa depan.

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. tanamduit berusaha dengan itikad baik untuk memberikan informasi yang akurat, namun tidak menjamin bahwa informasi yang diambil dari berbagai sumber adalah tanpa adanya kesalahan, kelalaian, ketidakakuratan teknis atau faktual ataupun kesalahan ketik. Informasi yang tersedia dalam situs dan/atau aplikasi ini bukan sebagai informasi yang mengikat namun semata-mata hanya sebagai informasi tambahan dan pelengkap.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile