fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Weekly Market Recap (7-11 Juli 2025)

tanamduit Weekly Market Recap (7-11 Juli 2025)

oleh | Jul 14, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market pada minggu 7-11 Juli 2025 dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Weekly Market Recap:

  • IHSG Menguat Walaupun Asing Masih Aksi Net Sell
  • Harga SUN Naik Tipis Berkat Naiknya Ekspektasi akan Turunnya Suku Bunga Fed
  • Harga Emas Naik Didorong Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Fed
  • Pasar Saham AS Campur Aduk Akibat Ancaman Tarif Dagang

Berikut adalah rangkuman kinerja indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi pada pekan 7-11 Juli 2025, beserta data kinerja terbaru per tanggal 10-11 Juli 2025.

data-market-update-weekly-market-recap-11-14-juli-2025

IHSG Menguat Walaupun Asing Masih Aksi Net Sell

Pada pekan 7 hingga 11 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang menggembirakan. IHSG naik keseluruhan sekitar 2,65%, dimulai dari level 6.900,93 pada penutupan Senin hingga mencapai 7.047,44 di akhir Jumat.

Penguatan ini berlangsung secara bertahap: meningkat 0,52% pada Senin, 0,05% pada Selasa, 0,67% pada Rabu, 0,89% pada Kamis, serta 0,60% pada Jumat.

Fenomena ini mencerminkan kebangkitan pasar modal Indonesia pasca-minggu sebelumnya yang cenderung lesu, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) serta kestabilan kondisi ekonomi domestik.

Saham-saham berkapitalisasi besar menjadi penggerak utama, termasuk dari sektor perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBCA.

Selain itu, sektor energi seperti ADRO, serta telekomunikasi seperti TLKM, juga mendorong pasar.

Meskipun investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp1.875 miliar sepanjang pekan (dengan pembelian bersih hanya Rp460 miliar pada Jumat), investor domestik tampak lebih antusias dalam bertransaksi.

Antusiasme investor domestik didorong oleh laporan keuangan perusahaan yang solid serta kestabilan harga komoditas. seperti minyak.

Dibandingkan dengan indeks saham regional Asia, IHSG tampil lebih unggul. Indeks Shanghai Composite China hanya naik minim, 0,01%. Sementara itu, Nikkei 225 Jepang justru menurun 0,19%.

Tak hanya itu, Hang Seng Hong Kong juga melemah akibat ketegangan perdagangan AS-China, sementara Kospi Korea Selatan menguat moderat sekitar 0,5-1%.

Keunggulan IHSG bersumber dari ketahanan ekonomi Indonesia terhadap ancaman tarif baru dari AS, berbeda dengan ketergantungan ekspor yang lebih tinggi di negara-negara lain.

Menatap masa depan, pergerakan IHSG diproyeksikan akan dipengaruhi oleh faktor-faktor krusial seperti kebijakan tarif perdagangan AS yang berpotensi menimbulkan gejolak, beserta dinamika internal seperti laju inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan arahan suku bunga Bank Indonesia.

Harga komoditas global serta penyesuaian suku bunga The Fed juga memegang peran penting, dimana penurunan lebih lanjut dapat menarik arus modal masuk meskipun terdapat aksi jual asing.

Namun, risiko geopolitik seperti ketegangan internasional tetap mengintai. Para investor dianjurkan untuk memantau perkembangan ekonomi secara cermat guna menghindari kejutan tak terduga.

Harga SUN Naik Tipis Berkat Naiknya Ekspektasi akan Turunnya Suku Bunga Fed

Pada minggu 7-11 Juli 2025, harga Surat Utang Negara (SUN) naik tipis, sementara imbal hasilnya (yield) turun ringan.

Contohnya, yield SUN untuk jangka 10 tahun turun dari 6,58% jadi 6,56%, meski sempat naik tipis di tengah minggu.

Obligasi korporasi (perusahaan) juga mencatatkan kinerja yang mirip. Yield (imbal hasil) obligasi perusahaan stabil atau sedikit menurun sekitar 7-8%, karena investor lokal lebih banyak beli.

Hal ini menunjukkan bahwa pasar obligasi Indonesia lagi positif. Namun, masih ada naik-turun karena pengaruh luar.

Nilai transaksi SUN pada pekan 7-10 Juli capai Rp96,23 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi perusahaan minimal Rp17,5 triliun. Kedua angka ini menunjukkan bahwa pasar ramai.

Penyebab utama dari ramainya transaksi adalah naiknya ekspektasi bahwa bank sentral AS (Fed) akan menurunkan suku bunga AS, sehingga membuat investor mencari investasi aman, seperti SUN.

Selain itu, stabilnya rupiah di kisaran Rp16.200-an per dolar dan kebijakan Bank Indonesia yang membuat harga SUN relatif stabil membantu menaikkan minat pembelian SUN.

Sampai akhir 2025, harga SUN berpotensi turun, dengan yield 10 tahun naik ke 7-7,1%. Hal ini terjadi karena pemerintah menambah pasokan SUN untuk menutup defisit anggaran.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lainnya, seperti ketidakpastian global akibat tarif baru AS dan inflasi di Indonesia yang kemungkinan naik, sehingga investor menuntut kupon yang lebih tinggi.

Akan tetapi, jika suku bunga USD dan global lainnya turun lebih dalam, yield SUN bisa tetap stabil–tergantung pada seberapa kuat kondisi ekonomi domestik dalam menghadapi tantangan tersebut.

Harga Emas Naik, Didorong Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Fed

Harga emas spot internasional (XAU/USD) menunjukkan pergerakan fluktuatif pada minggu 7-11 Juli kemarin. Namun, harga emas spot cenderung naik secara keseluruhan.

Mulai dari penutupan 7 Juli sekitar US$3.337 per ons, harga emas sempat turun ke US$3.302 pada 8 Juli.

Meski demikian, harga emas berhasil rebound ke US$3.317 pada 9 Juli, US$3.324 pada 10 Juli, dan ditutup di US$3.356 pada 11 Juli. Secara keseluruhan, harga emas naik sekitar 0.6% mingguan.

Di sisi lain, harga emas Antam di Indonesia juga mengikuti tren positif ini. Harga emas Antam per gram naik dari sekitar Rp1.890.000 di awal minggu menjadi Rp1.906.000 pada 11 Juli, mencerminkan penguatan sekitar Rp16.000 per gram sepanjang periode.

Pergerakan ini menandakan pemulihan setelah penurunan awal minggu, dimana emas XAU sempat tertekan oleh penguatan dolar AS. Namun, harga emas XAU kemudian berhasil bangkit berkat data ekonomi global.

Untuk emas Antam, fluktuasi harian lebih stabil. Sebab, faktor domestik seperti permintaan lokal dan nilai tukar rupiah relatif tenang di kisaran Rp16.200 per dolar.

Secara keseluruhan, kedua jenis emas ini berhasil menutup minggu dengan catatan positif, meskipun volume transaksi tidak terlalu tinggi dibanding pekan sebelumnya.

Penyebab utama kenaikan harga emas selama minggu tersebut adalah ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed), yang membuat emas sebagai aset aman semakin menarik dibanding obligasi.

Selain itu, ketidakpastian geopolitik global dan inflasi yang masih tinggi di beberapa negara mendorong aliran dana ke emas.

Sementara untuk Antam, stabilitas rupiah dan permintaan musiman di Indonesia turut berkontribusi. Namun, jika dolar AS menguat lagi, harga bisa terkoreksi.

Pasar Saham AS Campur Aduk Akibat Ancaman Tarif Dagang

Pada minggu 7-11 Juli 2025, indeks saham utama Amerika Serikat menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Tren keseluruhan untuk Nasdaq & S&P 500 sedikit positif. Sementara itu, Dow Jones mengalami penurunan tipis.

Nasdaq Composite naik sekitar 0,85%. S&P 500 juga menguat 0,48%, dari 6.229,98 menjadi 6.259,75, meskipun turun 0,33% di hari terakhir. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average justru turun 0,08%, dari 44.406,36 ke 44.371,51, dengan penurunan terbesar 0,63% pada 11 Juli.

Secara umum, pasar mengalami fluktuasi harian, dengan kenaikan di pertengahan minggu sebelum melemah di akhir.

Pergerakan ini terutama disebabkan oleh ancaman tarif dagang baru dari Presiden Trump, termasuk 35% pada impor dari Kanada, yang membuat investor khawatir tentang dampak pada ekonomi global dan inflasi, sehingga memicu penjualan di akhir minggu.

Awal minggu dipengaruhi oleh ketidakpastian perdagangan dengan China dan Meksiko. Namun, pasar sempat rebound berkat harapan kebijakan moneter yang longgar dari The Fed dan laporan pendapatan perusahaan teknologi yang positif, yang mendukung Nasdaq.

Meski demikian, secara keseluruhan, ketegangan tarif menjadi faktor utama yang menekan sentimen, meskipun sektor teknologi tetap tangguh.

Factors to Watch

A. Global

1. Pantau kebijakan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lanjut sepanjang 2025, karena hal ini dapat membuat aset seperti saham dan obligasi semakin menarik.

2. Pantau tarif dagang baru di bawah pemerintahan Trump yang akan berlaku efektif mulai 1 Agustus 2025, termasuk tarif 30% terhadap Meksiko dan Uni Eropa, 35% terhadap Kanada, serta hingga 50% pada impor tembaga dan dari Brasil, berpotensi meningkatkan inflasi dan mengganggu perdagangan internasional.

3. Kebijakan ini disertai risiko geopolitik seperti ketegangan di Timur Tengah atau persaingan teknologi kecerdasan buatan yang semakin ketat. Inflasi dunia diproyeksikan menurun hingga 4,4% pada tahun ini, meskipun beban utang pemerintah yang tinggi di berbagai negara dapat menimbulkan ketidakstabilan ekonomi yang lebih besar.

B. Nasional

1. Perhatikan kestabilan nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp16.200 per dolar AS, tetapi berpotensi melemah jika tarif AS memengaruhi ekspor kita, terutama komoditas seperti tembaga yang mungkin terdampak tarif hingga 50%.

2. Laju inflasi domestik dan keputusan suku bunga Bank Indonesia juga menjadi kunci, karena dapat berdampak pada harga barang dan daya beli masyarakat. Pemerintah menargetkan investasi besar hingga Rp1.905 triliun pada 2025 untuk mendorong pertumbuhan, walaupun aksi demonstrasi atau ketidakpastian politik pasca-pemilu bisa menjadi penghalang, sementara laporan seperti B-Ready dari Bank Dunia menyoroti perbaikan regulasi guna menarik investor asing.

Rekomendasi Investasi

1. Jangka pendek (hingga 1 tahun):

Reksa dana pasar uang menawarkan imbal hasil stabil (4–6%) untuk menghindari volatilitas IHSG. Emas cocok sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan rupiah (target $3,500/ons). SUN tenor pendek (1–3 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sudah ditawarkan secara publik pada 14 Juli sd 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dan 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

2. Jangka menengah (1-5 tahun):

Reksa dana campuran dengan portofolio saham yang fokus pada sektor properti dan keuangan, untuk menangkap potensi proyeksi IHSG ke 7,200–7,500, dan portofolio obligasi yang kinerjanya relatif stabil untuk menahan volatilitas saham.

Emas tetap relevan untuk diversifikasi. Reksa dana pendapatan tetap yang berisi portofolio SUN dan Obligasi korporasi tenor menengah (5–10 tahun) dengan return 7-8% juga dapat menjadi pilihan investasi.

3. Jangka panjang (>5 tahun):

Reksa dana saham ideal untuk investor agresif yang meyakini bahwa dalam jangka panjang situasi geopolitik membaik, negara-negara secara global sudah beradaptasi dengan tarif perdagangan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.

Emas melindungi nilai jangka panjang. Reksa dana pendapatan tetap yang memiliki tenor atau durasi lebih dari 10 tahun cocok untuk investor konservatif, dengan yield stabil dan risiko default rendah.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

Top 5 Kinerja 1 Tahun Terakhir Reksa Dana Semua Jenis

data-market-update-top-5-reksa-dana-1-tahun

 

Top 5 Kinerja 1 Bulan Terakhir Reksa Dana Semua Jenis

market-update-top-5-reksa-dana-1-bulan

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile