Banyak pemula yang belum mengenali perbedaan reksa dana dan obligasi. Sebenarnya, obligasi juga menjadi bagian dari beberapa produk reksa dana. Sebelum mengenali perbedaannya, kamu harus mengenali pengertian dari kedua instrumen ini. Obligasi adalah surat berharga berupa surat utang yang penerbit rilis untuk memperoleh pinjaman dana.
Umumnya, penerbit produk surat utang ini pemerintah atau perusahaan tertentu. Dalam hal ini, investor atau seorang peminjam dana akan mendapatkan imbal hasil berupa kupon setiap bulannya dalam periode tertentu. Produk surat berharga pemerintah ini memiliki sebutan Surat Berharga Negara (SBN).
Baca juga: Ketahui Pengertian dan Jenis SBN (Surat Berharga Negara).
Sementara itu, reksadana adalah produk investasi yang terdiri dari berbagai instrumen, seperti surat berharga, obligasi, dan saham yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Dalam hal ini, Manajer Investasi melakukan diversifikasi instrumen pasar modal ke berbagai aset, termasuk obligasi. Di dalam produk reksadana pendapatan tetap, terdapat minimal 80% aset obligasi. Produk ini cocok sekali bagi investor yang ingin mempersiapkan tujuan finansial 2–5 tahun.
Perbedaan Reksadana dan Obligasi
1. Agen Penjual Aset
Umumnya, investor dapat membeli produk obligasi di primary market (pasar primer) atau secondary market (pasar sekunder). Dalam hal ini, kamu bisa membelinya langsung ke penerbit surat utang tersebut atau melalui sekuritas yang sudah terdaftar dan berada di bawah pengawasan OJK. Namun, kamu bisa beli SBN melalui Mitra Distribusi (Midis) yang sudah ditunjuk oleh Kementrian RI.
Jika ingin membeli aset reksadana pendapatan tetap, maka kamu bisa bertransaksi melalui Agen Penjual Reksa Dana (APERD) terpercaya. Aplikasi tanamduit menjadi salah satu aplikasi penyedia layanan investasi reksa dana dan SBN yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK. Selain itu, kamu juga bisa bertransaksi reksadana dan SBN dalam satu aplikasi tanamduit. Jadi, kamu bisa berinvestasi dengan aman dan praktis, deh!
2. Minimal Investasi
Perbedaan reksadana dan obligasi selanjutnya, kamu harus menyiapkan modal jutaan untuk mulai berinvestasi produk surat berharga seperti surat utang. Jika ingin berinvestasi SBN, maka kamu dapat melakukan pembelian mulai dari Rp1 juta.
Di sisi lain, investor bisa mulai investasi reksadana pendapatan tetap mulai dari Rp10 ribu melalui satu aplikasi saja, salah satunya aplikasi tanamduit. Jadi, investor dengan modal kecil juga dapat mengoptimalkan sebagian penghasilannya dengan melakukan kegiatan penanaman modal.
3. Pajak Investasi
Mulai tanggal 30 Agustus 2021, pemerintah menetapkan bahwa pajak imbal hasil investasi sebesar 10% bagi investor domestik. Dalam hal ini, imbal hasil berupa kupon yang investor terima setiap bulan akan dikenakan pajak. Sementara itu, produk reksadana itu objek bebas pajak. Dengan begitu, imbal hasil investasimu bebas dari potongan pajak.
4. Likuiditas Penjualan
Selanjutnya, terdapat juga perbedaan reksadana dan obligasi likuiditas dalam penjualan. Produk obligasi dapat berupa produk yang dapat diperjualbelikan dan tidak dapat diperjualbelikan. Di pasar sekunder, instrumen surat utang cenderung sulit melakukan pencairan dana sehingga investor memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan.
Sementara itu, kamu bisa mencairkan reksadana pendapatan tetap (RDPT) kapan pun tanpa ketentuan waktu penjualan. Proses pencairan dana hasil penjualan produk reksadana obligasi ini 3–5 hari kerja. Jadi, kamu bisa lebih fleksibel melakukan penjualan RDPT.
5. Fluktuasi Harga
Fluktuasi harga instrumen investasi ini bergantung pada tingkat suku bunga acuan di pasar modal. Saat beli obligasi di pasar primer, investor dapat memperoleh kupon yang tinggi saat suku bunga mengalami kenaikan. Adanya fluktuasi suku bunga ini juga dapat memungkinkan investor memperoleh capital gain saat melakukan penjualan produk di pasar sekunder.
Dalam hal ini, harga obligasi akan naik saat terjadi kenaikan tingkat suku bunga, sehingga investor dapat memperoleh capital gain. Berbeda dengan produk tersebut, Manajer Investasi (MI) profesional dapat mengoptimalkan alokasi produk obligasi yang dapat memberikan keuntungan optimal.
6. Risiko Investasi
Saat melakukan penanaman modal ke instrumen surat utang, investor dapat menghadapi risiko gagal bayar. Namun, investor masih dapat melakukan klaim aset penerbit saat suatu penerbit surat utang korporasi mengalami gagal bayar kembali pokok pinjaman.
Jika kamu berinvestasi obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN), maka kamu hampir tidak mengalami risiko gagal bayar karena transaksi investasi ini dijamin oleh negara. Meskipun ada risiko ini, investor reksa dana pendapatan tetap akan lebih optoimal karena ada Manajer Investasi akan melakukan diversifikasi aset.
7. Waktu Pembelian
Investor hanya bisa membeli produk obligasi saat masa penawaran berlangsung. Sementara itu, kamu bisa mengalokasikan dana investasi kapan saja ke instrumen reksadana yang mengelola aset obligasi, seperti reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap.
Baca juga: Rekomendasi Reksadana Pendapatan Tetap Terbaik
Perbedaan Reksadana dan SBN
Pemerintah RI menerbitkan obligasi berupa Surat Berharga Negara (SBN) kepada masyarakat investor. Namun, apa perbedaan reksadana dan SBN? Yuk, simak penjelasan dalam gambar berikut!
Kesimpulan
Perbedaan reksadana dan obligasi itu terletak pada beberapa aspek, antara lain perbedaan agen penjual aset, besaran minimal investasi, pajak, fluktuasi harga, risiko, hingga jangka waktu investasi. Dalam menentukan instrumen penanaman modal yang tepat, kamu dapat menyesuaikannya dengan tujuan dan jangka waktu investasi. Dengan begitu, investor dapat memperoleh imbal hasil optimal dan mencapai tujuan finansialnya.
Di aplikasi tanamduit, kamu bisa berinvestasi obligasi berupa reksadana pendapatan tetap atau Surat Berharga Negara (SBN). Sekarang, kamu bisa beli SBN saat masa penawaran dan reksadana pendapatan tetap kapanpun dengan praktis dan mudah di tanamduit. Klik di sini untuk mulai download aplikasi tanamduit sekarang!