Pada era serba canggih seperti sekarang, kita disuguhkan begitu banyak pilihan dalam kehidupan, salah satunya adalah produk investasi. Butuh waktu cukup lama untuk memahami seluk beluk dunia investasi, mulai jenis instrumennya, potensi keuntungan, risiko, dsb. ETF adalah salah satu produk investasi yang sedang naik daun belakangan ini. Produk investasi satu ini pertama kali State Street Global Advisors terbitkan pada tahun 1993.
Keberadaannya mulai menyebar luas di benua Amerika dan Eropa hingga akhirnya masuk ke Indonesia pada tahun 2007. Exchange Traded Fund (ETF) kemudian mulai populer sejak diperdagangkan di bursa dengan menggunakan indeks acuan LQ45.
Setelah melantai di bursa, barulah popularitasnya semakin bertumbuh. Secara umum, besar dana kelolaannya naik secara impresif di seluruh dunia. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia sehingga menarik minat investor di Indonesia.
Yuk, kita kupas tuntas produk ini melalui artikel berikut!
Apa yang Dimaksud Dengan ETF?
ETF adalah reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa efek. Meskipun pada dasarnya exchange traded fund adalah reksadana, namun produk ini investor perjualbelikan di bursa seperti layaknya saham. Produk ini menggabungkan unsur reksadana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme jual-beli saham di bursa.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan exchange traded fund sebagai reksadana yang kinerjanya mengacu pada indeks tertentu. Tujuannya untuk memperoleh hasil investasi sesuai atau bisa melampaui pasar. Oleh karena itu, yang menjadi acuan dari ETF adalah indeks saham.
Transaksi ETF dapat investor lakukan baik di pasar primer maupun sekunder. Pasar primer adalah pasar tempat perdagangan efek untuk pertama kalinya sebelum tercatat di bursa efek. Penawaran efek untuk pertama kalinya kepada para investor pihak penjamin emisi lakikan melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham.
Berbeda halnya dengan pasar sekunder, karena di dalamnya terdapat transaksi jual-beli efek yang telah tercatat di bursa efek. Pasar sekunder membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor untuk melakukan transaksi jual-beli efek setelah terlaksananya penawaran di pasar perdana.
Apakah ETF Sama Dengan Reksa Dana?
Meskipun ETF merupakan salah satu jenis reksadana, ada beberapa perbedaan mendasar yang wajib investor ketahui di antara keduanya.
1. Tempat Beli
Exchange traded fund diperdagangkan langsung di bursa efek selayaknya saham. Sementara itu, reksadana dapat investor beli melalui perusahaan manajer investasi ataupun Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD).
2. Minimal Pembelian
Perbedaan kedua antara reksadana dan ETF adalah minimal pembeliannya. Ada dua cara pembelian ETF, yaitu melalui pasar primer dan sekunder (bursa efek). Di pasar primer minimal pembelian ETF adalah 1000 lot (100.000 unit), sementara di bursa, minimum pembeliannya adalah 1 lot (1.000 unit).
Berbeda halnya dengan reksa dana yang punya minimum pembelian berbeda, ada yang mulai dari 10 ribu, 50 ribu, hingga 100 ribu. Biasanya, jumlah unit yang kamu dapatkan disesuaikan dengan harga nilai aktiva bersih (NAB) saat itu.
Misalnya, pada hari itu, harga NAB reksadana ABC Rp2.000,- per unit, maka kalau investor membeli dengan nominal Rp100 ribu, artinya jumlah unit yang kamu dapat sebanyak 50 unit.
3. Biaya transaksi
Dalam setiap transaksi ETF, investor akan dikenakan biaya komisi broker (broker fee). Sementara itu, biaya transaksi reksadana (beli dan jual) cukup beragam, tergantung kebijakan perusahaan manajer investasi atau agen penjualnya.
Di tanamduit, kamu tidak kena biaya transaksi reksadana, baik jual, beli, dan alihkan (switching) alias gratis.
4. Harga
Nilai aktiva bersih (NAB/UP) atau harga ETF bersifat real-time selayaknya saham selama hari dan jam bursa. Berbeda dengan reksadana yang nilai aktiva bersihnya hanya update satu kali dalam satu hari bursa.
Keunggulan ETF
1. Kemudahan Untuk Diversifikasi Investasi
Instrumen satu ini menjadi pilihan investasi yang efisien, karena investor bisa membeli sejumlah saham terbaik dan likuid dengan modal yang kecil. Misalnya kamu membeli ETF XPTD, artinya kamu membeli seluruh saham yang ada pada indeks acuannya, yakni IDX30.
Bobot 30 saham di dalam produk tersebut sama dengan bobot indeks IDX30. Sebagai contoh pada indeks saham IDX30 bobot saham BCA adalah 30 persen, maka pada ETF XPTD bobot saham BCA-nya sama dengan acuannya.
Baca juga: Tips Diversifikasi Investasi Untuk Pemula Untuk Minimalkan Risiko
2. Likuid dan Fleksibel
Salah satu keuntungan lainnya yang menjadi daya tarik ETF adalah fleksibel, karena transaksinya dapat kamu lakukan selama jam bursa berlangsung selayaknya saham. Hal ini memudahkan para investor dalam mengatur investasinya.
3. Rendah Risiko dan Biaya
Dalam transaksi jual-beli instrumen ini biaya manajemen (management fee) relatif lebih rendah dari reksadana.
4. Tersedianya ETF Dengan Target Industri Tertentu
Ada beberapa jenis ETF yang berisikan saham-saham dari satu jenis industri tertentu saja. Artinya, kamu bisa berinvestasi beberapa saham sekaligus dalam industri serupa. Misalnya kamu berminat untuk berinvestasi pada industri perbankan, maka pilihlah produk exchange traded fund yang berisi saham-saham perbankan.
5. Sistem Transparan
ETF adalah instrumen investasi yang transparan, karena berbagai informasi terkait produk dapat kamu akses kapanpun dan di manapun. Keunggulan satu ini jadi poin penting untuk mempermudah kamu mengambil keputusan investasi di masa mendatang.
Kekurangan ETF
1. Harganya Fluktuatif
Salah satu kekurangan dari ETF adalah nilainya yang cenderung fluktuatif karena di dalamnya berisi saham-saham. Sebagaimana kita tahu, saham merupakan salah satu instrumen investasi dengan risiko fluktuasi harga yang cukup tinggi, namun memberikan keuntungan tinggi dalam jangka panjang.
2. ETF Industri Tertentu Minim Diversifikasi
Sebagaimana penjelasan pada paragraf sebelumnya, terdapat jenis exchange traded fund yang berisi saham perusahaan dari industri serupa. Jadi, kalau sewaktu-waktu ada sentimen atau kebijakan tertentu dan berdampak pada penurunan nilai sahamnya, portofolio kamu jadi kebakaran. Agar risiko investasi dapat diminimalisir, kamu bisa berinvestasi pada ETF yang berisi saham dari industri beragam.
3. Adanya Pajak Capital Gain
Selayaknya saham, salah satu potensi keuntungan yang bisa investor dapatkan ketika memperjualbelikan ETF di bursa adalah dari selisih harga beli dan jual (capital gain). Pajak yang harus investor bayar saat menjual kepemilikan sahamnya di bursa adalah 0,1 persen dari nilai penjualan.
Baca juga: Capital Gain: Pengertian, Jenis, dan Bedanya Dengan Dividen
4. Ada Spread (Selisih Harga Jual-Beli)
Exchange traded fund memiliki selisih harga jual dan beli unit penyertaan. Berbeda dengan reksadana biasa yang harga jual ataupun belinya berdasarkan nilai aktiva bersih (NAB) terupdate.
Kesimpulan
ETF adalah salah satu opsi investasi yang memadukan konsep reksadana dan saham dalam satu produk. Produk ini sekilas mirip dengan reksadana indeks, karena menjadikan indeks harga efek (baik saham maupun obligasi) sebagai acuan isi portofolionya dan terdapat manajer investasi yang mengelola dana investasinya.
ETF bisa jadi salah satu opsi diversifikasi investasi yang menguntungkan. Namun, bagii kamu yang masih pemula dan memiliki toleransi risiko yang rendah, kamu bisa coba berinvestasi pada reksadana terlebih dahulu.
Di tanamduit, terdapat berbagai pilihan reksadana dengan risiko rendah yang dapat kamu pilih mulai dari reksadana pasar uang (RDPU) dan reksadana pendapatan tetap (RDPT).
Yuk, download tanamduit dan mulai investasi reksadana sekarang!